Sabtu, 19 Juni 2010

Semangkuk Mie Pansit Panas

Semangkuk Mie Pansit Panas
Di sebuah rumah, dipinggiran kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, hidup sebuah keluarga yang sudah lama ditinggal pergi oleh bapaknya akibat meninggal dunia. Tinggallah seorang ibu dengan seorang anak gadisnya bernama Tongon. Tongon dalam kehidupannya sangat dimanja oleh ibunya, karena dia merupakan anak satu-satunya. Oleh sebab itu, sering sekali Tongon salah menempatkan posisi dirinya pada ibunya yang sudah lama menjanda demi membesarkan dirinya.
Pada malam itu Tongon dimarahi dan bertengkar dengan ibunya. Akibatnya, Tongon sangat marah dalam hatinya, dan dengan emosi ia nekat mau kabur. Tongon segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun karena perasaan marah dan emosinya. Saat berjalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Ia berjalan dengan tanpa arah. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai mie pansit dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk mie pansit siantar itu, tetapi ia tidak mempunyai uang. Pemilik kedai mie pansit dan seorang pengunjung kedai melihat Tongon berdiri dan berhenti cukup lama di depan kedainya, lalu berkata, "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk mie pansit?" Lalu pengunjung itu juga bertanya,”Apakah engkau sedang lapar, dan mau makan mie pansit? Jika engakau tidak keberatan, mari makan bersama dengan kami. "Ya, tetapi, aku tidak membawa uang." jawab Tongon dengan malu-malu. "Tidak apa-apa, kami akan mentraktirmu." jawab si pengunjung kedai yang sedang makan didampingi anak dan istrinya., "Silahkan duduk, aku akan pesan mie pansit untukmu". Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk mie pansit. Tongon segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. " Ada apa, nona?" tanya si pengunjung kedai. "Tidak apa-apa. Aku hanya terharu", jawab Tongon sambil mengeringkan air matanya. "Bahkan seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk mie pansit, tetapi,ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku, agar jangan kembali lagi ke rumah. Kalian, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri." katanya kepada pengunjung kedai mie pansit itu. Pengunjung kedai itu setelah mendengar perkataan Tongon, menarik nafas panjang dan berkata "Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk mie pansit dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak nasi, bahkan mungkin sudah berkali-kali memberimu mie pansit dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya." Tongon terhenyak mendengar hal tersebut. "Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk mie pansit dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun- tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya." Tongon segera menghabiskan mie pansitnya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Tongon, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah: "Tongon , kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin, jika kau tidak memakannya sekarang".

Pada saat itu Tongon tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis di hadapan ibunya. Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga), khususnya orangtua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita, karena mereka telah berbuat untuk kita yang mana kita sendiri belum tentu bias memberikan hal yang sama kepada mereka.

RENUNGAN:
BAGAIMANA PUN KITA TIDAK BOLEH MELUPAKAN JASA ORANGTUA KITA.
SERINGKALI KITA MENGANGGAP PENGORBANAN MEREKA MERUPAKAN SUATU PROSES
ALAMI YANG BIASA SAJA, TETAPI KASIH DAN KEPEDULIAN ORANGTUA KITA ADALAH HADIAH PALING BERHARGA YANG DIBERIKAN KEPADA KITA SEJAK KITA LAHIR.
PIKIRKANLAH HAL ITU !
APAKAH KITA MAU MENGHARGAI PENGORBANAN TANPA SYARAT DARI ORANGTUA KITA?
HAI ANAK-ANAK, TAATI DAN HORMATILAH ORANGTUAMU DALAM KESEHARIANMU,
KARENA ITULAH HAL YANG TERINDAH DI MATA TUHAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar