Minggu, 27 Juni 2010

Katak dalam Sumur

Katak dalam Sumur
Ditengah penyakit yang saya derita, dan menjelang usia saya paruh baya,, saya merasakan dorongan yang kuat untuk berdoa lebih sering dari biasanya. Saya merasa dengan kondisi saya sekarang ini, tidak ada yang bisa mengerti, tidak ada yang tau bagaimana situasinya. Saya menceritakan itu kepadanya, dan aku harap dapat dukungan moril darinya. Sementara itu saya peroleh, semangat untuk menjadi yang terbaik, untuk menjadi lebih sehat muncul olehnya.Oleh perasaan itu, saya pasrah sekali pada kehidupan ini atas tuntunanNya, sehingga memicu saya agar lebih dekat padaNya. Setiap kali berdoa, saya selalu mendoakan semua keluarga, teman-teman dan sahabat dan orang-orang yang ada di dalam lingkungan kehidupan saya. Entah mengapa, ketika saya mulai mendoakan seorang sahabat yang saya maksud di atas, padahal saya baru menyebutkan namanya, saya sudah menangis sedih sekali. Saya tidak tahu mengapa saya bisa sesedih itu. Tapi saya melanjutkan berdoa baginya. Saya berdoa atas dukungan dia pada saya. Saya minta agar bisa bertemu dia.
Kemarin saya bertemu dengan seorang sahabat sewaktu sekolah di SMA dan seperti biasa kami saling sharing dan ternyata dia mengatakan pada saya bahwa hatinya sedang sedih sekali. Ada pengalaman yang sangat membuatnya takut dan sedih. Dia tidak mengerti mengapa harus mengalami hal seperti itu. Saya mendengarkan dia dengan sungguh-sungguh dari awal hingga akhir kisahnya. Roh Kudus ingatkan saya untuk berdoa baginya. Hal-hal yang sahabat saya bagikan adalah pokok doa yang akan saya panjatkan pada Tuhan.
Jujur saja, saya kurang senang mendengar kisah sedih orang lain. Saya berpikir bahwa saya sudah cukup dengan kisah sedih yang saya alami sendiri, mulai dari ketika saya kanak-kanak yang selalu sakit-sakitan, sekolah yang selalu dipinggirkan oleh orang lain. Maklumlah, ketika pada masa itu saya masih sangat berkekurangan, hingga kuliah, saya masih merasa dipinggirkan oleh orang lain. Saya bekerja demi kelanjutan kuliah saya, tak jarang harus ditipu oleh para penguasa di perusahan tersebut. Alasan lainnya adalah apa yang saya dengar dari teman atau sahabat, seringkali mau tidak mau menjadi beban pikiran saya juga. Terkadang memang orang yang datang berbagi kisahnya tidak selalu harus dibantu oleh kita. Duduk di samping dan menjadi pendengar yang baik saja sebenarnya sudah cukup membantu dan sangat berarti baginya. Atau jika posisi berjauhan, dapat juga dilakukan dengan bantuan internet dengan email atau facebook, atau dengan SMS maupun via telephone.
Kalau saya renungkan lagi, ternyata Tuhan sedang mengajarkan saya untuk sanggup melihat ( dengan mata iman ) jalan keluar dari kesukaran yang saya alami sendiri. Dengan mendengarkan orang lain, saya diajarkan oleh-Nya untuk belajar memiliki cara pandang yang berbeda terhadap kesulitan yang sedang saya hadapi . Ternyata selama ini kalau saya bertemu persoalan, kesulitan, tantangan atau sedang dalam masa kesukaran, saya sama seperti mereka, orang-orang yang berbagi kisahnya dengan saya. Semua yang ada dipikiran hanya saya, masalah saya dan kesulitan saya.
Saya tidak mengatakan bahwa berbagi pengalaman pribadi ( baca : curhat ) ke teman atau sahabat itu salah. Yang saya mau bahas disini adalah pelajaran berharga yang bisa kita petik dari situasi yang tidak menyenangkan dan menyulitkan hidup kita. Tindakan apa yang menjadi bagian kita yang seharusnya dilakukan . (Tentunya tindakan kita adalah hasil dari cara berpikir kita dan tidak terlepas dari anugerah Tuhan Yesus).
Terlalu memikirkan diri sendiri dan hanya fokus ke masalah saja membuat kita semakin tidak berdaya, boro-boro memikirkan jalan keluar. Persis seperti katak yang ada di bawah sumur. Ketika katak ini memandang ke atas sumur, dia melihat langit yang selebar mulut sumur dan langsung berpikir bahwa hanya selebar itulah langit. Katak ini tidak tahu kebenaran bahwa langit itu sangat luas dan lebar, jauh melebihi lebarnya mulut sumur .
Seringkali kita berpikir seperti katak tersebut. Masalah yang ada dihadapan menghalangi kita untuk bisa melihat jalan keluar yang terbentang luas. Bukannya berusaha mencari jalan keluar, yang kita lakukan malah sebaliknya. Terlalu sibuk bersedih, merasa diri tidak berguna, tidak layak, marah, kesal, kecewa karena tidak ada seorangpun yang bisa menolong atau memberi jalan keluar atau malah menyalahkan Tuhan sekalian.
Setiap kita yang percaya kepada Tuhan Yesus pasti tahu bahwa firman-Nya adalah kebenaran. Yang sering kita tidak tahu bahwa firman-Nya itu sungguh dapat menolong kita. Di dalam segala keadaan, baik dalam masa kesukaran atau pun kelimpahan, firman-Nya adalah pelita dan terang bagi jalan kita.
Sahabat saya, Josaring pernah mengatakan, ” sekalipun kita dalam kesusahan, tetaplah lakukan hal yang benar sesuai dengan firman-Nya. “ Saya setuju sekali dengan nasihatnya. Tidak seorangpun dari kita yang tahu jalan keluar seperti apa yang akan Tuhan berikan kelak. Tidak perlu kita memikirkan apa-apa, pokoknya lakukan saja apa yang Tuhan firmankan dengan taat, setia dan rendah hati. Kalau sudah kita sama-sama melakukannya, jangan lupa mengucap syukur ketika pertolongan-Nya hadir bagi kita.
...........Sabtu, 26 Juni 2010...pkl 10.30 WIB.... ketika aku merenungkan perjalanan hidupku, dan pertemuan serta pembicaraan dengan teman semasa SMAku dulu... aku terinspirasi atas masalahnya dan masalahku....ketika kami setelah sama-sama menjadi seorang bapa dari anak-anak)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar