PEREMPUAN DAN NILAI-NILAI KEBENARANNYA
1. Pendahuluan.
Menurut Alkitab, kedudukan laki-laki dan perempuan sama.
Pada Kejadian 1:27 “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”. Dihadapan Allah,kita sama, semua satu di dalam Yesus Kristus. Dengan baptisan yang mempersatukan kita bersama Yesus, kita semua telah mengenakanKristus pada tubuh kita. "Dalam hal ini, tidak ada lagi batasan suku, asal negara atau defenisi lain yang diciptakan manusia, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." Pernyataan yang agung ini dibuat sejak gereja berdiri, sebagaimana dibaca dalam kitab Galatia 3:28. Laki-laki tidak lebih baik daripada perempuan. Laki-laki tidak lebih disukai Allah daripada perempuan. Di hadapan Tuhan, kita semua merupakan sesama makhluk ciptaan. Tetapi, darah Anak Domba-Nya menjadikan kita berharga. Oleh sebab itu, suami dan istri merupakan sesama ahli waris kasih karunia Tuhan (1 Petrus 3:7).
Perempuan bukan hanya sederajat dengan laki-laki, ia juga menjadikan hidup seorang laki-laki lengkap. Perempuan memenuhi sesuatu yang tidak dapat dilakukan laki-laki.Dalam Kejadian 2:20, “Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia”. Dari ayat ini jelas terlihat bahwa ciptaan lain tidak dapat dijadikan sebagai pengganti perempuan dalam kehidupan seorang lelaki, hal itu sudah terjadi sejak manusia diciptakan oleh Tuhan Allah kita. Oleh sebab itu pada Kejadian 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." Ayat ini menyatakan pada kita bahwa perempuan itu adalah penolong yang sepadan bagi sorang laki-laki. Bahkan kecendrungan penolong itu biasanya lebih kuat dari orang yang ditolong. Mungkin dalam kekuatan fisik lelaki jauh lebih kuat disbanding perempuan, namun dalam hal cinta dan kasih serta spirit dan dorongan perempuan itu jauh lebih kuat. Kita bisa baca pada: Amsal 12:4 Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya. dan Amsal 19:14 Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi isteri yang berakal budi adalah karunia TUHAN.
Di dalam cinta kasih yang benar, yang bersumber dari Alah, maka perempuan akan jauh lebih kuat berkarya dalam keharmonisan dan kebahagiaan rumah tangga. Ia akan merawat dan mengurus seluruh warga dari rumahnya. Perempuan yang tulus akan cinta kasih yang benar, akan dapat membangkitkan semangat bagi suaminya untuk dapat berkarya lebih didalam kehidupan dan pelayanan bagi Tuhan.
Peranan perempuan yang sederajat dan melengkapi ini tampak lebih nyata dalam peristiwa penciptaan, ketika Tuhan menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Perempuan diciptakan bukan untuk ditaklukkan ataupun ditinggikan. Ia bagaikan tulang rusuk, yang diciptakan Tuhan untuk berada di sisi laki-laki.Diambil dari tulang rusuk yang dekat dengan hati, sehingga perempuan itu disayang dan dekat kepada hati seorang laki-laki. Sehingga sebenarnya, pernyataan emansipasi wanita sebenarnya kurang tepat untuk diperdebatkan apalagi masuk ke wilayah gereja, karena tanpa wacana emansipasi juga, Allah telah mengaturnya dan hal itu telah Ia tetapkansejak manusia pertama. Peranan perempuan secara nyata dala kehidupan laki-laki antara lain:
2. Perempuan Sebagai Seorang Istri
Amsal 31:10-31 menggambarkan tentang seorang istri yang baik. "Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya. Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap. Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya. Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang
kepada pedagang. Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan.Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua. Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji. Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!"
Jika Perjanjian Lama menekankan kewajiban, Perjanjian Baru justru mengajarkan ketundukan sebagai karakter penting pada seorang perempuan yang benar. "Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu." (Efesus 5:22-24)
"Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman." (1 Petrus 3:1-6)
3. Sebagai Seorang Ibu
Seorang ibu Kristen haruslah mengusahakan agar anak-anaknya menikah di dalam Tuhan. Kejadian 27-28 menceritakan kisah Ribka dan kedua anaknya, Esau dan Yakub. Esau menikah dengan perempuan-perempuan Het yang bernama Yudit dan Basmat. Pernikahan itu sangat memedihkan hati Ishak dan Ribka.
"Kemudian Ribka berkata kepada Ishak: 'Aku telah jemu hidup karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang istri dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku hidup lagi?' Kemudian Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan kepadanya, katanya: 'Janganlah mengambil istri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang istri dari anak-anak Laban, saudara ibumu. Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa.'" (Kejadian 27:46-28:1-3)
4. Sebagai Pekerja Gereja
"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah
tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang." (Titus 2:3-5)
Perempuan memiliki banyak peran di gereja. Dengan talenta yang diberikan Tuhan, seorang perempuan antara lain dapat menjadi nabi (Lukas 2:36- 38), melayani hamba Tuhan (Matius 8:14-15; Roma 16:1-2), mengajar orang muda (2 Timotius 3:15), atau memberi sedekah kepada yang membutuhkan (Kisah Para Rasul 9:36).
5. Aplikasi.
Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini, banyak kejadian yang justru terbalik, dimana dalam mencari nafkah dan perekonomian perempuan yang justru lebih menonjol. Banyak keluarga yang justru penghasilan istri jauh lebih besar dari sang suami, atau bahkan suami hidup dengan pekerjaan yang kurang jelas. Hal inilah yang menjadi ujian bagi sang istri, apakah ia mengimani isi alkitab dengan baik atau tidak. Anak-anak Tuhan, walaupun kondisi demikian, ia akan tetap bersyukur dan berusaha untuk melengkapi atau bahkan menyempurnakan kekurangan suaminya dengan perasaan cinta dan kasih. Suami tidak merasa kehilangan haknya sebagai suami, dan istri juga tidak merasa ia dieksploitasi dalam hidupnya. Dalam cinta kasih yang benar yang bersumber dari Allah Bapa di surga, hal itu akan mendatangkan kebahagiaan bagi keluarga tersebut.
(…. Aku tuliskan ….ketika aku akan melakukan saat teduh setelah pekerjaan selesai,… aku buka Alkitab ku di Laptop ku aku baca Amsal 31 : 10 - 31….. eh terpikir hal ini ketika aku baru mengucap syukur atas ulang tahunku………Kamis… 24 Juni 2010 pkl 1.00 WIB)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar