Pada suatu daerah di tanah Simalungun yang jauh dari kota Pematang Siantar, terdapat suatu dusun yang memiliki penduduk yang hidupnya sebagai petani. Masyarakat di dusun itu hidup dengan sederhana dan mengandalkan hasil pertanian sebagai tulang punggung perekonomiannya. Pendidikan masyarakatnya yang diam di dusun itu juga tidak begitu tinggi, hanya sekedar mampu baca dan tulis, tetapi anak-anak mereka banyak yang merantau ke daerah maju lainnya, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya dan bahkan ada yang samapi ke New York. Tapi kondisi dusun itu masih saja dusun yang terlahir seperti sedia kala, mulai dari zamanya tuan Rondahaim hingga sekarang masih seperti itu. Hanya yang berubah... listrik dan hand phone yang sudah masuk.
Daridusun inilah terlahir sebuah kisah yang sangat memukau dan dapat dijadikan sebagai teladan bagi kita. Di dusun ini tinggallah sebuah keluarga yang sederhana, seorang janda tua dengan anknya yang paling bungsu dan menantunya. Sang ibu ini orang yang taat beragama. Ibu ini telah 30 tahun menjadi janda dan memiliki 5 orang anak, dan empat anaknya yang lain tinggal di kota modern yang tersebut di atas. Ke lima anak ibu ini dia sekolahkan dengan baik, hingga seluruhnya menjadi sarjana dan 4 anaknya bekerja di lembaga pemerintahan negara. Tetapi anak yang paling bungsu ini yang menjadi beban pada keluarga tersebut. Setelah lama tinggal di kota,,, ternyata sang ibu menyuruh mereka tinggal di dusun itu,untuk membantunya. Sang ibu ini dengan gigihnya bekerja, tak kenal lelah... sementara sang anak dan menantu hanya bermalas-malasan. Pada suatu pagi... sang ibu sudah pulang dari pasar... mereka berdua masih belum bangun juga... padahal sudah pukul 9.00 pagi. Maklum... mereka belum dikaruniai anak walau sudah 10 tahun berkeluarga. Karena kondisi ini... si ibu marah besar dan mengusir mereka dari rumah... tapi mereka tetap tiggal di rumah itu juga. Kondisi ini berlangsung lebih kurang 5 tahun... sang janda ini selalu merepet dan marah kepada pasangan yang pemalas tersebut. Suatu hari timbul dendam menantu ini kepada mertuanya. Ia ingin membunuh mertuanya ini dengan cara yang tidak diketahui orang lain. Kalau secara langsung..ia takut berhadapan dengan hukum. Salah satu caranya adalah menggunakan jasa para normal.
Pada suatu hari ia bercerita tentang pengalamannya kepada orang tua yang menjadi tetanga mereka dan menyampaikan niatnya. Ternyata tetangga ini langsung menyambut, dan memberi tahu tempat yang harus mereka datangi, tetapi syaratnya harus malam hari dan tidak boleh bawa lampu atau senter. Mereka pergi ke sebuah kaki bukit, yang disana sudah menunggu suami dari tetangga mereka itu yang menyamar menjadi seorang dukun. Didalam kegelapan itu sang menantu menyampaikan maksudnya ingin meracuni mertuanya agar meninggal secara perlahan-lahan. Lalu sang penyamar memberikan kesanggupannya dan di katakan meninggalnya nanti perlahan-lahan dan lebih kurang 4 bulan lamanya. Sang menantu pun senang, dengan bayangan 5 bulan lagi segala harta warisan mertuanya akan ia kuasai dan bebas dari repetan. Lalu sang penyamar mengatakan dia akan memberi ramuan itu esok malam di tempat itu juga.
Ke esokan harinya sang tetanga ini sibuk menumbuk beras, agar bisa jadi tepung, dan pada malam harinya.. diberikan pada menantunya dengan pesan... agar ia berikan kepada mertuanya dengan memasak ramuan itu hingga menjadi bubur, harus dilakukan 4 kali satu hari, yaitu: pagi jam 5.30 sebelum mertuanya pergi ke pasar, siang jam 12.00 sebelum makan siang, sore jam 6.30 sebelum makan malam dan jam 11.00 malam sebelum tidur. Disamping itu... sang menentu juga harus merebus ramuan untuk bahan mandi mertuanya agar lebih sempurna khasiatnya yaitu: pagi jam 5.00 sebelum makan bubur tersebut dan sore jam 6.00 sore. Ramuan yang telah direbus lalu dimasukkan ke ember dan masukkan di kamar mandi sebelum mertuanya mandi. Dengan berat hati sang menantu menyanggupi dgn harapan suatu saat mertuanya meninggal dan ia bebas di keluarga itu. Waktu berjalan dengan seperti yang dikatakan oleh si penyamar/tetangga mereka tersebut. Setelah 3 bulan... sang mertua dan mennantu sudah semakin akur dan baik. Mertua itu menyayangi menantunya dan demikian sebaliknya. Situasi berubah total. Setelah itu sang mertua jatuh sakit akibat keletihan... dan sang menantu bingung. Terlanjur ia sudah sayang pada mertuanya.. dan mertuanya juga sudah sangat sayang padanya akibat "obat/racun" yang diberikan 3 bulan secara rutin. Lalu ia pergi mencari sang penyamar di tempat itu malam itu juga, dan ternyata ia tidak ketemu. Lalu ia minta tetangga itu menemaninya kembali, lalu malam itu drama kasih itu terjadi kembali... dan sang menentu minta obat penawar racun itu. Ia mengatakan akan bunuh diri ditempat itu juga kalau obat itu tidak ada. Lalu sang penyamar membuka topeng dan menyalakan lampu. Alangkah terkejunya sang menantu itu ketika ia melihat yang ada dihadapannya adalah suami tetangganya dan menjelaskan kronologis dari cerita itu seutuhnya. Sang menantu itu malu sekali dan ia takut pulang ke rumah. Tetapi setelah mereka tiga berikrar agar rahasia ini tidak bocor ke manapun, maka dengan senag hati ia pulang. Lalu mereka menemui mertuanya di rumah sedang makan dan kondisinya sudah membaik, demikian seterusnya keluarga itu hidup rukun dan damai ...... selamat datang hidup baru....situasi baru..........by S4MT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Cerita luar biasa dan menginspirasi.
BalasHapusDongeng do on atau kisah nyata, Sanina?.
Keinginan jahat yg dibelokkan jdi tindakan baik dgn cara yg bijak. Seandaini ipodahi do menantu ai sanggah marsuhutan ia bani niat jahatni, mungkin ra do lang itangihon, tpi halani "isuhuni" tpi dibelokkan, gabe happy ending, tene.