Minggu, 20 Juni 2010

Cinta Tak Pernah Menyerah

Cinta Tak Pernah Menyerah
Saya sedang iseng. Iseng menonton video klip sebuah lagu soundtrack film ABG, My MVP Valentine. Well, dari judulnya saya sudah tahu betapa ABG-nya lagu dan film itu. Masa-masa yang sudah lewat..saya pikir. Masa ABG, masa sejak kita mulai menegnal persaan cinta, bahkan penuh dengan cinta monyet yang konyol. Tapi entah mengapa, saya menontonnya, dan setelah saya menyimaknya, saya terlarut dengan masa saya sewaktu saya di usia yang sama, kondisi yang sama dan memutarnya lagi dan lagi. Mungkin usia saya yang wakru itu yang relatip lebih tua, sebab saya bisa menyadarinya ketika saya duduk di bangku SMA.[Ups..don' t tell me it's because I am feeling blue..]

Tiba-tiba saya melihat seperti sepercik keindahan yang dimiliki masa lalu,rasa yang tulus, tanpa ternoda oleh banyak tuntutan kehidupan kemewahan yang menyesatkan, tetapi hilang setelah kita menjadi dewasa. Anak ABG penuh dengan gejolak dan gelora yang cendrung tidak menghitung untung ruginya. Rasa solidaritas berteman yang tinggi, sepenanggungan dan rasa senasib yang cukup tinggi. Banyak salahnya, kata kita setelah kita menjadi dewasa. Mungkin betul,dan setelah saya analisa tergantung tujuannya ke arah mana, namun pengalaman saya mengatakan untuk ketulusan dalam bersahabat, ABG itu jauh lebih tulus dibandingkan dengan orang dewasa. Tapi juga mungkin tidak semuanya salah dan jelek. Saya melihat sekelebatan dari film itu, cewek yang setia menunggu cowoknya walaupun ditinggalkan. Cowok yang mencintai seorang cewek dengan tulus walaupun tahu tak bisa bersama. [Ok..ok..I know it's only a movie..I know..]

But, please tell me..tell me your past. Siapa yang rela nungguin pujaan hati di bus stop di tengah hujan deras, walau bisnya sudah lewat? Siapa yang rela berjalan ditengah terik matahari dengan kekasihnya tanpa ada keluhan?Siapa yang rela nabung uang jajan berbulan-bulan demi membelikan kado buat pacarnya? Siapa yang rela jemput naik turun bis-mikrolet untuk seseorang? Siapa yang rela bikinin semua PR dan nyatetin ringkasan pelajaran demi pacarnya? Siapa yang rela menunggu bertahun-tahun walau yang dicintai jauh di negeri seberang? Dan banyak pertanyaan siapa lainnya yang dapat kita tanyakan. Jawabnya adalah: Anak ABG.

Then tell me now. Dan Siapa yang berantem gara-gara suami kesal menunggu istri yang shopping kelamaan? Siapa yang bertengkar gara-gara perbedaan definisi "Saving"? Yang satu berpendapat yang namanya saving, yaitu uang yang disimpan di bawah kasur, yang satu berpendapat saving itu seperti yang diumumkan shopping mall, shopping dan save 50% karena ada sale. Siapa yang bertengkar soal pembagian tugas rumah tangga, soal siapa yang ngambil raport anak, dll? Jawabnya: Orang dewasa.

Hal inilah yang mendorong saya membuat tulisan ini dan mengenang kelahiran saya pada 38 tahun yang lalu, saya dilahirkan dari keluarga yang sederhana, dari keluarga petani miskin yang jauh dari pengaruh majunya kehidupan kota. Setelah saya membaca tulisan orang lain dalam suatu renungan, yang sebagian isinya saya kutipdalam tulisan ini, saya terinspirasi akan keadaan saya ketika saya dalam kondisi seperti tersebut di atas. Saya mengenang kehidupan masa kanak-kanak saya yang penuh dengan serba jangan.... tidak boleh....dan istilah pantang dan tabu karena tradisi yang kuat. Maklumlah, sekarang saya sadari bahwa itulah pemahaman orang tua saya yang hanya mengecap pendidikan hanya hingga kelas 3 Sekolah Dasar... pada masa itu. Sehingga mereka memantulkan perilaku dan peraturan yang pernah mereka alami tanpa dilakukan sensor atau analisis. Tapi saya bangga dengan kedua orang tua saya yang dapat membentuk dan mendidik saya hingga seperti sekarang ini, dan semoga anak-anak saya juga bisa saya didik hingga dewasa.

Saya juga jadi teringat akan kisah cinta kasih yang lain. Saya teringat masa ABG juga dengan cinta yang membara untuk Tuhan. Ribuan orang berkumpul dalam sebuah acara sayembara sekolah minggu dan remaja sa GKPS di Pamatang Siantar. Ribuan ABG mendedikasikan hidup bagi Kristus, bersiap pergi dalam pekerjaan Tuhan, sekalipun harus diutus ke Afrika sekalipun, rela menyerahkan segala-galanya bagi Dia.

Siapa yang dengan sukacita lembur malam-malam untuk mendekor gereja buat perayaan Natal? Siapa yang tetap rajin ke gereja, walau jelas-jelas pendetanya atau majelis gerejanya sering mengabaikan, atau tidak pernah menyapanya atau bahkan tidak mengenalnya? Siapa yang tetap bertahan dalam pelayanan walaupun setiap kali ke gereja dimarahi habis-habisan oleh orang tua? Siapa yang tiap malam-pagi menghafal ayat Alkitab dengan semangat walau pun yang menugasinya tidak hafal? Siapa yang menyisihkan 50% uang jajannya untuk penginjilan? Jawabnya: Anak ABG.

Siapa yang bertengkar dalam rapat majelis gara-gara soal sebuah generator diesel? Siapa yang tidak mau lagi ke gereja, karena pendetanya lupa tersenyum dalam satu kebaktian? Siapa yang malas ke gereja karena hujan gerimis? Siapa yang hitung-hitungan dengan Tuhan tentang uang, waktu, dll? Siapa yang menyisihkan 10% gajinya untuk penginjilan? Jawabnya: Orang dewasa.

[Oh come on Sarmulia ! Lain, dong..anak ABG belum mengenal realitas hidup. Orang dewasa dituntut untuk berpikir logis, rasional, dan bertanggung jawab kepda keluarga, Mencari uang, misalnya adalah tanggung jawab orang dewasa, bukan anak ABG]

Well, may be it's true. I don’t act have an exact answer. Saya cuma punya secercah harap. Dalam melakukan suatu pekerjaan adalah merupakan aplikasi dari sebuah pola pikir. Sangat jarang sebuah pekerjaan tanpa adanya sebuah pola pikir. Semua yang kita miliki, harta materi, pikiran, persaan dan bahkan waktu semuanya adalah sesungguhnya milikNya yang dititipkan buat kita. Dalam pemahaman saya, semua yang dapat kita lakukan yang menurut banyak orang membantu orang lain, baik materi, pengetahuan dan perasaan adalah cara Tuhan untuk menyampaikan kasih dan berkatNya kepada orang lain atau dunia sekitar melalui kita. Seharusnya kita bahagia dan bangga masih dipercayakan oleh pemilikNya untuk dapat berbuat sesuai dengan kehendakNya, jangan kita angkat menjadi sebuah kesombongan.
Huh..!?

Sound like cinta ABG? Well, but it's true. Mungkin memang seharusnya pijar-pijar cinta ABG tidak pernah mati, walaupun kita menjadi dewasa. Kita menjadi dewasa dalam pemikiran, menjadi bijaksana dalam pertimbangan, tapi mengapa mesti kehilangan passion-nya anak ABG? Bayangkan jikalau pijar-pijar itu tetap membara. Jika passion itu mewarnai hidup kita, dalam pernikahan, dalam hubungan kita dengan Bapa dan dengan sesama. Ya, seharusnya cinta tak pernah menyerah. Usia, tuntutan kerja, dunia orang dewasa tidak perlu memadamkan perasaan cinta. Cinta tak pernah menyerah. Biarkan cinta kita tetap membara bagi Kristus, walau di tengah tuntutan tanggung jawab sebagai orang dewasa. Biarkan cinta kita tetap membara bagi kekasih kita, walau tangan dan wajahnya sudah keriput dan tidak lagi seperti saat kita pertama "deg-deg-an". Biarkan pijar-pijar itu tetap hidup dalam hati dan perasaan kita.

Bukankah perasaan cinta kasih itu adalah anugerah….. yang dititipkan atau diberikan oleh pemilikNya kepada mereka yang pantas untuk merasakannya???? Mari kita jawab dalam hati kita dengan jujur dan dalam doa kita, sebab tidak ada seorang pun yang bias memastikan hal itu kecuali kita dengan Dia yang memiliki kita………………. (S4MT, Minggu 19 Juni 2010……03.50 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar