Rabu, 30 Juni 2010

Prestasi seorang Anak yang Terlupakan.

Prestasi seorang Anak yang Terlupakan.
I. Pendahuluan
Simon dan Ruth adalah pasangan keluarga miskin yang hidup di pinggiran sungai di suatu kota besar di Indonesia. Kehidupan mereka tinggal di pinggiran sungai, bukan karena mencari suasana yang artistic, tetapi karena nasib yang berkata lain. Mereka terlahir dari keluarga yang kurang beruntung dalam menikmati roti kemerdekaan di republik ini. Mereka tinggal di pingiran sungai tersebut, karena di sanalah mereka dapat mendirikan gubuk sekedar berlindung dari panas teriknya sinar matahari dan berlindung dari derasnya hujan. Dalam kondisi demikian, seperti layaknya keluarga…. Mereka pun kelahiran seorang anak laki-laki, namun malang bagi Simon. Akibat kekurangan dana dan kurang teraturnya makanan sang istri waktu mengandung, pada saat melahirkan sang istri pun pergi menghadap Khaliknya. Simon sangat terpukul dan sedih sekali, ia menangis dan menjerit tetapi itu tidak bisa menghidupkan Ruth sang istrinya. Karena tidak memiliki dana, maka istrinya pun dikuburkan dengan seadanya, setelah itu ia kembali pulang ke kampung halamannya demi menghilangkan kesedihan hatinya. Namun hal itu tidak banyak membantu, terbukti setelah beberapa lama di kampung kelahirannya, ia terserang penyakit typus akibat tidak teratur makan, dalam perawatan seadanya oleh bidan desa itu, ia juga meninggal dunia. Tinggal lah Siru anak Simon yang berumur 8 bulan bersama dengan abang Simon di kampung itu. Terjadi juga persoalan di keluarga itu, karena Siru sering sakit-sakitan. Pada usia 15 bulan, Siru mereka titipkan di sebuah panti asuhan karena mereka tidak sanggup mengurusnya, maklumlah anak mereka ada 8 orang. Siru tinggal di panti asuhan milik salah satu gereja, dan ia dirawat oleh seorang suster.

II. Usia Balita
Dengan perawatan yang demikian baik oleh suster tersebut, Siru tumbuh dengan baik, dan dia mulai tampak sehat. Pada usia 3 tahun, keluarga almarhum Simon meminta kembali agar hak mengasuh anak itu diberikan kepada mereka, karena mereka belum memiliki anak. Satu tahun pertama Siru merasakan kasih sayang dari pasangan itu layaknya seperti dari ayah dan ibu kandungnya. Siru tumbuh dengan baik, dan setelah berusia 4 tahun, ibu asuh Siru pun mengandung alias hamil, mulailah rasa kasih sayang dari kedua pasangan itu berkurang padanya. Siru dapat merasakan namun ia tidak tahu apa penyebabnya, setiap hari ia menerima bentakan dan pukulan, ia menangis sedih dan merasa dirinya dilupakan oleh kedua orang tua asuhnya itu. Hari berlanjut terus dan ibu asuh Siru pun melahirkan seorang anak laki-laki. Hal inilah yang menyebabkan masalah baru bagi keluarga itu, sang Bapak keberatan akan keberadaan Siru, karena ia tidak mau punya putra sulung yang bukan darah dagingnya. Secara tradisi dan adat di daerah itu, jika anak laki-laki paling besar menjadi pewaris segalanya yang dimiliki oleh keluarga itu. Siru pun diserahkan kembali kepada abang dari almarhum Simon. Disana ia mulai masuk sekolah pada usia 5 tahun. Siru sekolah di sekolah dasar di kampung mereka. Karena sepupunya telah mengetahui keberadaan Siru, maka setiap harinya perlakuan kurang adil pun terjadi. Siru boleh makan, kalau semua yang ada di rumah itu sudah selesai makan. Tak jarang Siru hanya makan nasi dan kuah seadanya. Dalam kondisi yang demikian, prestasi Siru di sekolah tidak tertinggal, bahkan setelah kelas 2 ia menjadi juara kelas di sekolahnya. Setiap hari tugas Siru adalah memasak dan mengangkat air dari sungai untuk kebutuhan keluarga. Siru mengerjakannya dengan baik karena ia tahu, bahwa ia tidak memiliki ayah dan ibu lagi. Dan hal itu dia ketahui sejak usia 4 tahun. Siru tidak kenal wajah Ayah dan Ibunya, namun ia tahu ayahnya dan ibunya telah meninggalkannya untuk selamanya.

III. Sekolah Dasar
Dalam perjalanan hidupnya, Siru harus pindah ke kota akibat pertentangan keluarga yang tiak mau lagi menerima dia di sana. Pada usia 7 tahun, Siru berangkat ke kota. Dia di bawa oleh keluarga Ado yang memiliki 2 orang anak yaitu Piko umur 10 tahun dan Nini berumur 7 tahun . Piko kelas 4 SD dan Nini kelas 2SD. Lalu Ado memasukkan Siru sekolah di SD Negeri dekat tempat tinggal mereka. Siru diterima di kelas 2 waktu itu karena kemampuannya yang baik. Setiap hari Ado memberi tugas buat Siru untuk mencuci dan menyetrika pakaian disamping membantu Noni istri Ado memasak di dapur. Siru merasa dia dapat menerima itu semua, ia dapat belajar,sekolah, dan tentunya ia tidak lupa ke gereja. Siru selalu menjadi terbaik di sekolahnya. Pada saat penyelesaian Ujian akhir SD, Siru memperoleh nilai terbai se Kotamadya. Ado dipanggil oleh Walikota untuk menerima penghargaan Siru dan hal itu bukannya berdampak baik bagi Siru. Noni merasa cemburu karena Siru yang memperoleh penghargaan tersebut, mengapa bukan Piko atau Nini. Akibatnya, Noni menambah tugas buat Siru, untuk mengajari Nini setiap hari, dan PR Nini terlebih dahulu dikerjakan, baru Siru boleh belajar. Hal itu dilakukan Siru dengan baik dan ternyata kadang Noni tidak belajar karena PR nya pasti beres dikerjakan Siru.

IV. Sekolah Menengah Pertama
Penerimaan Siswa Baru untuk SMP Negeri 1 di kota itu pun dilakukan dengan ujian, maklumlah sekolah ini merupakan sekolah pavorit dan sudah berstandart Internasional. Pada seleksi tersebut diikuti oleh Siru dan Noni, namun Noni tidak lulus. Siru kembali memperoleh hasil yang spektakuler, dia memperoleh nilai tertinggi pada seleksi tersebut. Oleh karena itu, Walikota berjanji akan membiayai Siru hingga tammat SMP itu. Kembali kekecewaan timbul dihati keluarga Ado dan Noni. Siru berusaha tetap bertahan, walaupun tugasnya semakin berat di rumahnya. Di samping di sekolah kegiatan padat sekali, terkadang ia pulang sekolah jam 6 sore. Noni sering marah, karena kerjaan di rumah belum beres. Tak jarang Siru harus tidur pagi, karena pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan. Lain lagi PR dari sekolah. Demikianlah SMP dia lalui dandia tetap yang terbaik di sekolahnya. Pada saat ujian akhir SMP, ia juga meperoleh Nilai terbaik se Kota tersebut, sehingga dia diwawancarai oleh masmedia, baik media cetak maupun elektronik. Dalam wawancara itu ada yang sanngat istimewa, karena Siru angkat sebuah kesaksian. Siru berkata: Ketika saya menangis, ketika saya bersedih, ketika saya merasa terlupakan… sambil menyela air matanya yang jatuh ke pipinya….. ketika saya ingat mama…….aku tidak kenal dia….. tapi aku tahu….. aku punya mama yang menyayangi aku…..ketika aku ingat papaku…… walaupun aku tdk kenal mereka…..aku tahu mereka sayang saya. Dalam kondisi itu…. Aku baca alkitabku dan aku lihat di Zefanya 3:17-18 katanya : TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, seperti pada hari pertemuan raya." "Aku akan mengangkat malapetaka dari padamu, sehingga oleh karenanya engkau tidak lagi menanggung cela” . Aku ingat janji Tuhan itu padaku sehingga aku selalu semangat, aku kuat dalam segala hal. Trima kasih mama….. terima kasih papa……. Aku sangat merindukan mu. Meskipun aku sering merasa terlupakan oleh kehidupan disekitarku, aku merasa Engkau ada dalam diriku, Engkau ada dalam hatiku. Engakau Bapaku yang sejati, katanya sambil terisak dan mengakhiri konfrensi persnya.
Terima kasih om Ado, tante Noni, bang Piko dan Nini, kalian juga sangan membantu saya dalam kehidupan saya.
V. Sekolah Menengah Atas.
Sama halnya sewaktu SMP, untuk masuk SMA juga dilakukan tes untuk mencari kelas unggulan, lagi-lagi Siru menjadi yang terbaik. Nini juga diterima disekolah itu. Diam-diam Nini menaruh perasaan kepada Siru, karena kepintarannya. Karena demikian suatu hari, Nini masuk ke kamar Siru untuk menyatakan perasaannya, namun Siru menganggap Nini adalah saudaranya sendiri. Nini marah dan menfitnah Siru . Ia menjerit di kamar Siru layaknya hendak diperkosa oleh Siru. Ia gugup sekali, karana tak pernah terbayangkannya hal itu akan terjadi. Ado datang dan memeluk putrinya, dan dengan emosi memukul dan menampar Siru hingga mulut dan hidung Siru mengeluarkan darah segar. Siru terjatuh ke lantai dan hari itu juga ia diusir dari rumah itu, dan tidak boleh bawa apapun, kecuali pakaian yang melekat di badannya. Lalu Siru pergi dan ia memberanikan diri menemui Kepala Sekolahnya dan menjelaskan duduk persoalannya. Lalu Siru diperbolehkan tinggal di komplek sekolah dengan posisi ia menggantikan pegawai kebersihan sekolah itu. Pada kelas 1 Siru tetap jadi yang terbaik, ia dipromosikan kepala sekolah penerima beasiswa. Siru tdk perlu bayar uang sekolah, bahkan ia dapat uang bulanan dari sekolah tersebut. Guru-guru juga banyak yang menaruh simpati padanya, selain Siru pintar ia juga baik dan rendah hati. Namun karena pengalaman hidupnya yang begitu pahit, ia sering minder dan rendah diri pada teman-temannya yang lain. Disamping ia sering diejek oleh siswa nakal sebagai parasit sekolah.
Setelah kelas III, Siru terpilih jadi Ketua OSIS di sekolah itu, ia pintar, baik tentu disukai oleh teman-temanya. Pada saat inilah Siru mulai mengenal Cinta…. Ia jatuh cinta pada seorang siswi kelas I bernama Imel. Namur rasa minder dan rendah dirinya membuat ia tidak berani menyatakannya Siru sering mengajari Imel, baik pelajaran maupun saat latihan baris-berbaris saat Pramuka maupun PKS sekolah itu. Akibat sering ketemu… Imel juga merasakan hal yang sama. Hal itu berlanjut, ketika ada persami Pramuka dari sekolah itu. Pada saat itu, perkemahan dilakukan di luar komplek sekolah. Pada malam itu, hujan deras pun turun, Imel mengaku sakit, dan dimasukkan ke tenda. Karena takut akan kegelapan, lalu disepakati ia ditemani oleh Tuti dan Siru di tenda itu. Karena sesuatu hal, Tuti pu keluar dari tenda, pada saat itu yang ada hanya Siru dan Imel. Imel dengan manjanya menyatakan bahwa ia pening,,, lalu Siru memijat kening Imel. Imel mencabut bulu kaki Siru pada saat itu sekedar iseng, dan keduanya se akan saling mengerti akan makna pertemuan itu dan menyimpanya dalam hati masing-masing. Jam malam pun tiba, waktunya untuk tidur dan istrahat. Imel memberikan sarung miliknya untuk dipakai oleh Siru, dan dengan senang hati Siru menerimanya. Demikianlah seterusnya, mereka saling melirik, pandang…. Namun tidak bicara dan Siru tidak berani mengungkapkan isi hatinya karena merasa minder dan rendah diri, karena perasaannya dalam hidupnya ia tidak punya apa-apa, ia merasa dirinya adalah orang yang terlupakan dalam segala hal.

VI. Mahasiswa
Setelah tamat SMA, Siru diterima di PTN terkemuka di kota lain yang jaraknya 200 km dari kota mereka bertemu dengan Imel. Imel tetap sekolah di SMA Negeri 1, dan Siru menjadi mahasiswa, dan sebelum berangakat ke kota kampus tersebut, dengan keberanian luar biasa Siru meminta photo Imel, lalu dengan malu-malu Imel memberinya. Setelah itu Siru berangkat ke kota kampus yang akan ditujunya, dengan perasaan bahwa Imel selalu mendampinginya dalam belajarnya. Siru berjanji dalam hati, bahwa ia akan selalu setia pada Imel, dalam hatinya selama hidupnya ia menjadi orang yang tidak diperhatikan, ia selalu dilupakan, namun dalam hal berteman dengan Imel, ia merasa berarti. Ketika berada di tenda camping pramuka itu,hidup Siru merasa berarti dan dicintai. Inilah pertama sekali ia merasakan cinta yang tulus dari orang lain, yang dirasakan nya selama hidupnya hanya kekerasan dan tekanan. Dalam kebersamaan dengan Imel ia bangkit dengan semangat yang baru. Setiap bulannya mereka ketemu di sekolah mereka, Siru melepas rindu ke pada Imel, walaupun hanya saling pandang di sekolah. Tak terasa Imel pun selesai darisekolah itu, namun tak di duga, Imel harus diberangkatkan ke kota yang jauh dari kota mereka bertemu denga Siru. Setelah selesai UMPTN pada saat itu, Imel dan Siru ketemu di kampusya yang kebetulan menjadi tempat Imel ujian. Imel dan Siru bercerita di sana, dan pilhannya sudah ditujukan ke kota sana, dan Imel katakana, lusa ia sudah harus berangkat ke kota tersebut bersama dengan kakak dan abangnya. Siru tercengang dan tidak menyangka akan terjadi demikian. Siru merasa, baru beberapa saat rasanya ia memiliki tautan hati, sumber semangat dan sekaligus tempat curahan hatinya. Sekarang ia merasa bahwa ia harus sendiri lagi, ia merasa tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa ia harapkan. Namun mereka berjanjiakan ketemu kembali kelak, saling berjanji untuk saling kirim surat. Setelah berbicara dan becerita di kampus itu, lalu Imel di antar oleh Siru ke rumah keluarganya di kota itu. Lalu Siru berkenalan dengan ibu Roma di sana. Ibu Roma baik sekali kepada Siru, maklumlah ia tidak memiliki anak, ia seorang pelayan Tuhan. Tanpa terasa sudah satu tahun Imel di kota yang jauh, komunikasi mereka berjalan dengan baik, dan Siru juga hapir setiap sabtu ke rumah ibu Roma. Mereka saling bercerita, maklumlah Siru tidak punya keluarga yang bisa ia kunjungi. Setiap libur pasti Siru ke rumah ibu Roma, dan dia sudah seperti keluarga dari ibu Roma. Ibu Roma juga merasa Siru sudah seperti anaknya sendiri. Pada waktu Natal Siru tinggal di rumah ibu Roma, dan mereka merayakan Natal dan Tahun Baru bersama di sana. Setelah 6 bulan berikutnya, surat Siru tidak pernah dib alas oleh Imel , tapi Siru terus mengirimi Imel surat hingga 6 bulan berikutnya, namun tidak pernah terbalas. Natal selanjutnya Siru ke rumah bu Roma, namun ibu Roma dalam keadaan sakit, dan setelah itu ia diopname. Pada tanggal 23 Desember ibu Roma meninggal dunia, dan Siru kehilangan orang tua yang mengasihinya, ia menangis sebisanya. Siru merasa dirinya ditinggalkan lagi, baru saja ia merasakan ada ibu yang mengisi hatinya dan Siru merasa bahwa ia disayangi oleh ibu Roma. Setelah itu, Siru pulang ke rumah kostnya, dan malam itu ia sedih sekali. Godaan jahat merasuk hatinya, ia ingin mengakhiri hidupnya dengan menggantungkan dirinya di satu pohon di lokasi kampus. Tetapi rencana itu gagal kerena pada saat ia ingin melakukan itu dihalangi orang gila yang ada dilokasi itu. Pada saat itu, orang gila itu menggigit kakinya hingga berdarah, Siru menjerit sehingga mengundang perhatian SATPAM kampus, lalu Siru dibawa ke posko SATPAM. Setelah di introgasi, Siru dipulangkan ke kamar kostnya. Satu minggu lebih Siru tidak pergi ke kampus, lalu teman –temannya datang ke kamar kostnya. Siru merasa dirinya tidak berarti apa-apa, dia frustasi sekali. Pada semesteritu IP nya jatuh sekali, Siru tidak konsentrasi dalam perkuliahannya.

VII. Penantian Tiada Batas
Setelah kejadian itu, Siru mulai menyadari bahwa selama hidupnya ia menjadi orang yang selalu dilupakan, hidupnya merasa selalu terlupakan. Siru berprinsip, ia akan jadi yang terbaik, namun demikian ia tetap menantikanImel dalam hidupnya. Tetapi dalam perjalanannya ia bertemu dengan teman-teman yang lain, di gereja, dikampus dan di tempat ia bekerja. Banyak wanita yang menggodanya, maklumlah Siru lelaki yang baik dan pintar, selalu senyum dalam setiap bertemu dengan orang lain. Namun ia sedikit pendiam, dan kurang berani mengemukakan pendapat, itu semua karena perasaan rendah diri dan minder akibat kenyataan hidup yang dia alami. Banyak teman lelaki yang kurang senang berteman dengan Siru, karena pandangannya yang selalu takut dancemas dalam suatu keutusan. Siru mereka cap denganperkataan bencong, kurang berani dan tidak jantan. Disamping penampilan dan perekonomian yang serba kekurangan, Siru bergaul dengan apa adanya,sehingga sering menjadi olokan teman-temannya. Apalagi di awal semester, ia sering kewalahan untuk bayar uang kuliah dan sewa kamar kostnya. Untung saja pimpinan tempat ia bekerja mau meminjamkan uang untuknya untuk bayar uang kuliah dan bayar kamar kost, tentunya itu dibayar dengan potong gaji. Satu-satunya ia mengurangi makan dan pengeluaran yang lain agar ia bisa menutupi utangnya tersebut. Di akhir bulan, Siru sering menjadi tamu gelap alias tamu tak diundang pada pesta-pesta di wisma sekitar kampus, dan biasanya mereka beramai-ramai ke sana, layaknya undangan resmi. Dengan situasi yang demikian, penuh dengan tantangan dan kemelut, tak terasa perkuliahan Siru telah selesai, tinggal melakukan penulisan Tugas akhir. Setelah selesai, Siru wisuda 2 tahun kemudian, Siru pergi bekerja ke luar kota lebih dari 1,5 tahun, dengan alas an Siru bertekat ia akan wisuda jika sudah bertemu dengan Imel. Siru bertekat bahwa Imel lah yang akan mendampinginya di wisudanya itu. Namun hal itu buyar semua setelah dari teman Siru mengetahui bahwa Imel sudah menikah di kota yang jauh di sana. Siru memastikan kebenarannya, ternyata dari pihak keluarga Imel juga menyatakan demikian, bahwa ia telah menikah dengan orang lain. Siru stress berat, ia shok dank e esokan harinya ia opname di kota tempat mereka bertemu. Siru diantar tukang beca ke rumah sakit, dan opname dengan jaminan dari seorang perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut. Tiga minggu Siru dirawat di sana oleh Tia sang perawat angjuga merupakan teman Siru di pemuda gereja tempat mereka kuliah dulu. Tia langsung bekerja di rumah sakit itu setelah tamat akademi perawat, maklumlah ayahnya dokter dan sekaligus kepala rumah sakit tersebu, Siru dirawat di ruangan VIP, akibat rekomendasi dari Tia dan ayahnya. Siru merasa berhutang budi, dan setelah sembuh juga, Tia mengajak Siru tinggal dirumahnya, karena Vapiliun mereka di belakang kosong, lalu Siru tinggal di sana. Tia begitu perhatian pada Siru, tiap hari ia dirawat dengan baik, hamper 4 bulan Siru di sana untuk pemulihannya. Maklum penyakitnya sudah parah waktu itu. Dalam penantian itu, Tia menggantikan Imel dimata Siru, ia melihat Tia itu adalah Imel. Seelah sembuh total, Siru minta ijin pada Tia untuk mengurus kuliahnya untuk wisuda, dengan senang hati Tia menawarkan akan mengantarnya dengan mobilnya ke kampus. Siru tak kuasa menolak, ia telah banyak berhutang budi kepada keluarga Tia. Tampaknya juga keluarga Tia senang ke pada Siru. Singkat cerita, Siru menyatakan hatinya kepada Tia, namun ia tidak berani berterus terang. Wisuda pun tiba, Tia mendampingi Siru di acara itu, dan keluarga Tia buat acara syukuran. Setelah itu, Siru diterima jadi Dosen di kampus itu, dan setelah selesai prajabatan, ayah Tia bilang agar mereka menikah saja. Pada saat ini timbul masalah kecil, Siru mengatakan ia tidak memiliki keluarga, ia tidak kenal ayah dan ibunya. Keluarga ayahnya ada, namun tidak pernah komunikasi sudah lebih 10 tahun. Namun keluarga Tia menjadikan adik perempuan ayah Tia menjadi orang tua angkat Siru. Pernikahan berlangsung dengan meriah dan secara besar-besaran, maklum lah ayah Tia pejabat yang berpengaruh di kota itu. Waktu berjalan terus, namun Siru tetap saja teringat akan Imel, dan sering memanggil Tia juga dengan Imel. Tia kesal sekali, dan ia Tanya siapa itu Imel. Tia mulai merasa dirinya dibohongi oleh Siru, namunSiru terus terang, ia butuh waktu. Waktu berlangsung hingga 5 tahun setelah pernikahan mereka, belum juga dikaruniai anak. Setelah itu mereka dianjurkan oleh ayah Tia periksa, dan dilakuka diagnose dan analisa laboratorium, hasilnya baik, tidak ada masalah. Dalam kuun waktu 5 tahun berikutnya, Tia melahirka 2 oranganak laki-laki, Tia ingin perempuan, namun lahirlah yang ke tiga perempuan. Dalam perjalanannya, Tia mulai merasa bahwa ia sudah punya senjata ampuh untuk bertindak. Terjadi perubahan drastic, ia merasa lebih dari suaminya. Maklum lah mereka memang tinggal se ruamah dengan orang tua Tia. Semua-semua Tia dan keluarganya yang mengatur hingga perjalanan Siru. Siru merasa dirinya di kekang, dan harus lapor jika mau kemana, mau belia apa dan seterusnya. Siru harus selalu bisa antar keluarga kemana pun, tak perduli jam kerja maupun tidak. Jika tidak dilakukan Tia marah dan menngomel dan berkata” Kamu sudah saya angkat dari lumpur ditepi jalan sana”. Mendengar itu Siru sedih, ia ingat akan ayah dan ibunya, ia sering menangis, dan minta ayah dan ibunya untuk menjemputnya. Ia tidak berani menjawab, Siru tdak berani membantah, ia hanya merasa hidupnya tidak pantas, minder dan rendah diri, sehingga haknya sebagai suami sering tidak terpenuhi. Waktu berlangsung terus, dan suatu saat ia ketemu dengan Imel di ibu kota Negara itu, ketika ada tugas. Ternyata Imel juga doen di salah satu perguruan tinggi di kotannya, dan mereka bercerita. Ternyata Imel juga menurut pengakuannya tidak bahagia dengan suaminya yang sekarang. Pada tempat itu, Siru menunjukkan photo Imel yang ia tempatkan di agendanya, demikian juga Imel tunjukkan sarung batik yang pernah dipakai oleh Siru 19 tahun yang lalu. Mereka berpelukan sambil saling menangis, saling melepaskan perasaan mereka. Setelah 2 minggu di kota itu mereka bersama, mereka harus kembali ke kota masing-masing. Hampir setiap hari mereka bercerita lewat telephon, dan tak bosan-bosannya mereka berhubungan via telephon. Siru berubah penampilan, yang biasanya murung dan pendiam, kini tampil dengan penuh semangat. Ketika diatur oelh tia dan keluarganya, Siru bagai tak perduli, ia kerjakan semampunya, namun ia tetap gembira dan bersenang. Setiap ada kesempatan, ia menghubungi Imel, dan melepas kerinduannya walaupun hanya dengan komunikasi saja. Namun entah apa penyebabnya, setelah 3 bulan pertemuan mereka, tiba-tiba Imel tidak balas lagi panggilan maupun SMS Siru. Siru kehilangan lagi yang kedua kalinya atas Imel. Namun Siru sudah berprinsip,melayani orang lain adalah bagian dari hidupnya. Toh ia sudah di selamatkan oleh Tuhan melalui keluarga Tia. Ia bertekad akan mengabdikan hidupnya kepada keluarga Tia, meskipun ia diperlakukan sebagai supir pribadi di rmah itu. Siru berpikiran, hidupnya adalah untuk mengabdi pada orang yang menyelamatkan dia saat ia sakit dan membantu ia saat itu, meskipun rasa cintanya kadang tidak sempurna. Seandainya Tia memperlakukan Siru sebagai suami, ayah dari anak-anaknya, mungkin Siru dapat sedikit melupakan Imel. Namun sekarang ini, Siru tidak punya siapa-siapa lagi, kecuali Tuhan yang selalu bersamanya. Ia memang mencitai Imel, namun hingga kini beritanya tidak jelas lagi, dan ia sudah menjadi istri orang lain. Istrinya sendiri yaitu Tia, menganggap ia lebih dari segalanya atas Siru, sehingga sering melukai hati Siru. Kini Siru aktif menjadi pelayan disebuah persekutuan, dan ia takperdulikan lagi semua yang terjadi. Denga bergabung dengan orang-orang pelayanan di kampusnya, ia merasa hidupnya berarti. Ia menggantikan waktu untuk memikirkan Imel dan Tia dengan membuat pelayanan di kampus. Dalam tulisannya selalu Siru menyebutkan nasib orang-orang yang terlupakan di dunia, tidak akan dilupakan Allah, jika ia berserah ke padaNya.Beberapa tahun kemudian Siru, mendapat beasiswa belajar ke Harvard untuk melanjutkan studinya ke jenjang S3. Siru berangakat dan permisi pada keluarga dan anak-anaknya. Lalu Siru berangkat ke sana dengan perasaan yang hampa dalam percintaan dan kebahgiaan keluarga. Siru mengingat tulisan dari renungannya yaitu:Yeremia 33:3 Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui. Namu demikian, Siru tetap merasa dirinya adalah orang yang terlupakan, baik dari keluarga, maupun dalam asmara. Hanya satu harapan yang menghibur dirinya, ia berharap Bapa di Sorga janag sampai melupakannya.
VIII. Penutup dan Pesan
Demikian lah kisah ini ditulis, tentang orang yang merasa dirinya dilupakan keluarga, teman dan saudara. Memang secara pendidikan ia berhasil, namun kebahagiaan keluarga sepertinya ia selalu terpaksa dan tidak punya pilihan. Tapi ia ingat teks ketika pelayanan di kampusnya : Yeremia 31: 3-14 :
31:3 Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu.
31:4 Aku akan membangun engkau kembali, sehingga engkau dibangun, hai anak dara Israel! Engkau akan menghiasi dirimu kembali dengan rebana dan akan tampil dalam tari-tarian orang yang bersukaria.
31:5 Engkau akan membuat kebun anggur kembali di gunung-gunung Samaria; ya, orang-orang yang membuatnya akan memetik hasilnya pula.
31:6 Sungguh, akan datang harinya bahwa para penjaga akan berseru di gunung Efraim: Ayo, marilah kita naik ke Sion, kepada TUHAN, Allah kita!
31:7 Sebab beginilah firman TUHAN: Bersorak-sorailah bagi Yakub dengan sukacita, bersukarialah tentang pemimpin bangsa-bangsa! Kabarkanlah, pujilah dan katakanlah: TUHAN telah menyelamatkan umat-Nya, yakni sisa-sisa Israel!
31:8 Sesungguhnya, Aku akan membawa mereka dari tanah utara dan akan mengumpulkan mereka dari ujung bumi; di antara mereka ada orang buta dan lumpuh, ada perempuan yang mengandung bersama-sama dengan perhimpunan yang melahirkan; dalam kumpulan besar mereka akan kembali ke mari!
31:9 Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.
31:10 Dengarlah firman TUHAN, hai bangsa-bangsa, beritahukanlah itu di tanah-tanah pesisir yang jauh, katakanlah: Dia yang telah menyerakkan Israel akan mengumpulkannya kembali, dan menjaganya seperti gembala terhadap kawanan dombanya!
31:11 Sebab TUHAN telah membebaskan Yakub, telah menebusnya dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya.
31:12 Mereka akan datang bersorak-sorak di atas bukit Sion, muka mereka akan berseri-seri karena kebajikan TUHAN, karena gandum, anggur dan minyak, karena anak-anak kambing domba dan lembu sapi; hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik, mereka tidak akan kembali lagi merana.
31:13 Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka.
31:14 Aku akan memuaskan jiwa para imam dengan kelimpahan, dan umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

Didunia mungkin kita tidak diperhitungkan, tidak terpandang, bahkan sering terlupakan, hal itu tidak masalah, sebab Allah yang layak di sembah dan dimulia kan, kita dapat melayani sesama terlebih melayani Tuhan, karena Dia sudah sipaka masa depan yang baik bagi kita.

Nama dan tempat yang bersamaan di tulisan ini hanya kebetulan saja, tidak ada unsure kesengajaan, bila ada yang kurang tepat, penulis mohon maaf. Kritik dan saran saya harapkan dari pembaca yang sifatnya membangun, demi kesemprnaan tulisan di kemudian hari. Selamat melayani…… Tuhan dipermuliakan. Semoga……………………(S4MT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar