Senin, 02 Agustus 2010

PANDANGLAH DARI SISI – SISI YANG BAIK

PANDANGLAH DARI SISI – SISI YANG BAIK
Beberapa perlakuan terpaksa dan tidak adil di dalam hidup.

1. Semenjak menikah, Porman dan Mehas langsung dibebani secara finansial oleh pihak keluarga, baik keluarga pihak laki-laki maupun keluarga pihak perempuan. Dalam ke sehariannya, mereka harus menyediakan makan untuk 8 orang, 3 dari pihak keluarga Porman dan 3 dari pihak keluarga Mehas. Padahal Porman dan Mehas hanya bekerja sebagai karyawan lepas di sebuah perusaahan kecil milik keluarga keturunan Cina. Dalam kesehariannya Porman dan Mehas selalu khawatir, cemas dan takut akan bayangan PHK. Sementara para penumpang hidup ini seperti tidak mau mengerti akan situasi. Mereka hanya bisa menuntut dan menggantungkan hidupnya kepada keluarga ini tanpa mau mengerti dan memahami persoalan ekonomi yang ada. Bahkan ada diantara mereka yang sudah selesai pendidikannya, tapi seolah-olah menggantungkan diri itu lebih ia nikmati ketimbang berjuang mencari hidupnya sendiri. Dalam kesehariannya Porman berpikir dan merenung sehingga ia terkesan akan tulisan Khotbah kali ini. Apa boleh buat, ia menuruti permintaan/harapan keluarga mereka. Bagaimana perasaan Porman? Marah? Menyesal?;Tidak katanya, Buat apa? Itu tidak akan menyelesaikan persoalan. Dan hal ini tidak akan dapat merubah suatu kejadian ke arah yang lebih baik. Malah saya harus bersyukur, karena saya dapat membelanjai bukan dibelanjai. Bukankah kita ini menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang lain? Nah kalau kita ini menjadi saluran berkat, lalu mengapa harus memikirkan hal yang tidak perlu? Berbahagialah kita masih dipercayakan Allah sebagai saluran berkatnya.

2. Suatu malam di sebuah perempatan, Pak Porman dirampok. Ia tengah menyetir mobil sendirian pulang kantor. Jalan macet. Dua orang pemuda tanggung mendatanginya. Mereka mengancam dengan kapak dan meminta paksa uang dalam dompetnya. Apa boleh buat, ia menuruti permintaan mereka. Bagaimana perasaan Pak Porman ? Marah? Menyesal?;Tidak katanya, Buat apa? Itu tidak akan mengembalikan uang yang hilang. Malah syukurnya cuma uang di dompet yang mereka ambil, bukan nyawa saya. Dan syukurnya pula, saya yang dirampok bukan yang merampok. Semoga saja uang itu bisa berguna buat mereka

3. Hal serupa dialami oleh Paulus. Ketika menulis surat Filipi, ia tengah dipenjara karena memberitakan Injil. Jauh dari marah dan menyesali kondisi yang ia alami, Paulus justru melihat pemenjaraan dirinya ada hikmahnya. Yakni, menyebabkan kemajuan Injil (ayat 12); dan membuat kebanyakan saudara seimannya semakin berani memberitakan firman Tuhan (ayat 14). Karenanya, ia pun tidak kehilangan sukacita dan rasa syukurnya. Di bagian akhir suratnya, ia menegaskan kembali pengharapan dan keyakinan imannya (Filipi 4:4-9). Begitulah, di balik setiap kejadian atau keadaan yang kita alami, termasuk yang tidak menyenangkan sekalipun, selalu ada sisi-sisi baiknya. Kuncinya, kita tidak terjebak dalam kemarahan dan kekecewaan yang berkepanjangan. Menjalani apa pun yang terjadi dengan penyerahan diri kepada Tuhan; juga dengan keyakinan bahwa di balik semua itu pasti ada hikmahnya. Mungkin hal itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi setidaknya, kita tidak akan kehilangan sukacita dan rasa syukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar