ARTI SEBUAH HARI KELAHIRAN
Dua hari yang lalu (20 Agustus) seorang teman saya, sungguh-sungguh lupa kalau dia lagi ulang tahun. Mungkin sedang fokus pada masalah pribadi dan keluarga yang sedang dihadapinya. Dia kaget waktu saya kasih ucapanka selamat. Dia berkata: "ah bukan Pak...saya tidak ulang tahun hari ini". Lalu saya tanya: "Kapan kamu ulang tahun...?" Jawabnya "20 Agustus". Jawabku : "Lha ini kan 20 Agustus...?" Diapun tersipu malu dan mengatakan "O iya... sorry..." Dia pun menerima ucapan selamat saya dengan senyuman manis. Dan ia pun mengucapkan terima kasih ke pada saya dan berkata bahwa, “ Kamu lah orang pertama yang mengucapkan kata selamat ulang tahun pada saya hari ini” . Saya berharap ucapan itu datang dari orang terdekat saya, namun semua mereka membuat saya kecewa, itu makanya setiap hari ulang tahun saya, saya sering lupa.
Dan saya terkesan dengan pengalama teman saya ketika kami saling berbagi cerita tentang masalah pribadi. Ia adalah teman saya, sejak kami sekolah SD dulu, kami sering bersama ketika peri membantu orang tua pergi ke ladang. Setelah menjadi seorang bapa ditengah keluarga, kami sering cerita pengalaman dan masalah pribadi ketika kami sedang membahas Firman Tuhan. Ia juga tidak terlalu bersemangat menyambut hari ulang tahun. Ia terlahir 39 tahun lalu di sebuah desa kecil di kaki Gunung Simbolon Kabupaten Simalungun. Ia anak ke 11 dari 12 bersaudara. Semua Wanita. Entah kenapa, setiap kali ulang tahun sejak anak-anak, ia sering lupa ulang tahunnya. Kalaupun ingat, ya biasa saja tanpa ada yang berkesan. Setelah kami dibimbing oleh hamba Tuhan, dan kami terlibat sebuah pelayanan, kami semakin akrab dan saling menceritakan masalah satu sama lain.Ia merasa saya jadi saudara yang melebihi saudara kandung, karena dasar persaudaraan di dalam Kristus. Memang persaudaraan di dalam Kristus, jauh lebih indah dibandingkan dengan persaudaraan lain.Ternyata dalam hidupnya, ia seperti anak yang tidak diinginkan oleh orang tuanya. Ketika ia dalam kandungan orangtuanya (terutama bapaknya) mengharapkan ia terlahir sebagai anak laki-laki. Sepuluh orang kakaknya semua perempuan. Tak ada satupun laki-laki. Mama sangat kecewa dengan kelahiran saya, sebab merasa tidak bisa membahagiakan keinginan suaminya. Penolakan demi penolakan ia alami sejak kecil. Yang paling pahit adalah sejak setahun ia sering dipakaikan celana laki-laki dan dipangkas layaknya seperti laki-laki. Selain petugas gereja, orang tuanya juga masih teramat kental dengan adat istiadat setempat, dimana pada suku Simalungun, jika tidak punya anak laki-laki sepertinya tidak berhasil dan garis keturunan tidak ada yang melanjutkan. Keluarga dari pihak bapaknya sudah sering kali menganjurkan agar bapaknya menikah lagi. Namun karena bapaknya seorang petugas gereja, dan ingat janji pemberkatannya, ia tidak lakukan itu. Ayahnya seorang yang tegas dan komit dengan janji.Persoalan itu sudah terjadi sejak anak ke 4, keluarga bapaknya menganjurkan menikah lagi. Tapi hingga mereka semua terlahir sebanyak 12 orang, semuanya perempuan. Tapi kini, setelah kami berkeluarga, bapa dan mama kami menjadi lebih taat mengikut Kristus, di usia mereka yang senja mereka lebih taat lagi.
Semangat hari kelahiran
Sampai suatu hari di ulangtahunku yang ke-40 (tahun lalu), saya baru bisa menikmati hari ulang tahun dengan antusias. Hari itu (Mei 2001) lewat VCD seminar Sex Education dari pembicara kenamaan Pam Stenzel, saya sadar hari kelahiran adalah sesuatu yg istimewa dan layak dirayakan.
Pam Stenzel bersaksi bahwa ia lahir dari benih perkosaan. Ia tak pernah kenal ayah biologisnya (yang adalah seorang pemerkosa), juga ibunya (yang melahirkan dia saat usia 17 tahun). Ibunya hamil karena diperkosa di sebuah lapangan. Sang ibu memilih tetap memelihara kandungan. Setelah lahir anaknya diberi nama Pam dan dititip ke orangtua asuh. Pam sejak kecilnya berdoa begini: "Tuhan, kalau saya bisa ketemu mama kandung saya di Sorga, aku akan peluk dan cium dia, dan berkata: Ma, terima kasih karena kau tidak gugurkan saya, tapi kau memberi aku hidup." Ahhhh, kesaksian ini sungguh menggugah saya dan menyadarkan saya betapa istimewanya hari kelahiran dan orangtua yang melahirkan saya. Saya baru sadar bahwa Papa dan mama adalah orang yang luar biasa dalam hidup, karena sudah melahirkan dan membesarkanku. Saat itu aku teringat Firman Tuhan yang berkata: "Sebab Engkaulah yang membentuk buah
pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya." (Mazmur 139:13-14). Ohh, Praise The Lord!! Aku ajaib, andapun ajaib. Mari rayakan hidup kita, karena kita sungguh ajaib. Mari kita syukuri dan nikmati anak-anak pemberian Tuhan di keluarga kita. Karena mereka adalah anak ajaib. Salah satu Panggilan mulia dan istimewa dalam hidup kita adalah boleh menjadi ayah dan ibu. Saya teringat kalimat dari James Dobson: "dari semua gelar yang pernah diberikan kepada saya, yang paling saya sukai adalah ayah."Kiranya kita boleh menikmati keajaiban hidup, kelahiran kita dan rencana-Nya lewat kehadiran kita di dunia ini. Hari kelahiran bukan saja hari bersyukur, tapi hari pemberi semangat dan pengharapan bahwa Allah masih mempercayakan kehidupan untuk kita jalani………….(s4mt)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar