Rabu, 07 Juli 2010

INSPIRASI YANG BERHARGA

INSPIRASI YANG BERHARGA
Ketika perjalanan dari Medan menuju kota Pematang Siantar….di dalam bus Patas, ternyata terjadi kisah yang menarik dan dapat menjadi sebuah pembelajaran yang berarti buat saya sebagai pengamat kejadian tersebut. Saya sependapat dengan para penulis lain yang menyataka bahwa : Kehidupan dan tingkah laku manusia atau kelompok manusia yang satu menjadi referensi bagi kehidupan dan tingkah laku manusia yang lainnya. Oleh sebab itu mari kita lebih banyak melihat manusia yang lebi berhasil dan sukses dari kita sebagai referensi masa depan kita, tetapi mari kita melihat orang yang kurang beruntung dari kita sebagai referensi untuk bersyukur.
Dalam kisah ini, di dalam bus Intra patas tujuan kota Pematang Siantar, duduk seorang laki-laki berusia 35 tahun, yang berprofesi sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah itu dengan nama Porman. Di sampingnya duduk seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Medan yang hendak pulang ke rumah orang tuanya di Pematang Siantar dengan nama Suman. Dasar keduanya saling jaim alias jaga image, keduanya sibuk dengan membaca buku, asik dengan buku masing-masing. Sesekali Suman baca sms dan membalasnya, maklumlah anak muda jaman sekarang. Mereka duduk berdampingan dengan kursi di antara mereka kosong. Porman yang sudah semenjak mahasiswa mengidap penyakit maag, kemana-mana selalu bawa makanan, dalam hal ini roti kering yaitu Malkis Biscuit Roma. Tanpa sengaja, entah mengapa mungkin kebetulan saja…. Suman juga membawa roti jenis dan ukuran yang sama dengan roti milik Porman. Sebenarnya Porman juga baru 2 bulan terakhir ini mengkansumsinya, karena pernah cerita dengan orang yang dikasihnya, lalu ia coba…. Dan ternyata Porman suka. Dasar yang memesannya adalah orang yang disayangi Porman.
Setelah samapai di Lubuk Pakam, lalu Porman mengeluarkan roti miliknya, dan meletakkan di sebelahnya yaitu pada kursi di antara dia dengan Suman. Di bawahnya ternyata ada tas dan majalah milik Suman. Tapi karena mereka tidak saling tegur, terjadilah kesalah pahaman ini. Porman mengambil roti biscuit dari bungkusnya, sambil membaca lalu ia makan. Pada saat yang sama Suman melirik ke arah Porman dengan cara sinis, pemahaman Suman, bapak yang disampingnya itu kelewatan, karena telah berani memakan roti miliknya tanpa ijin darinya. Setiap Porman ambil satu roti, lalu diikuti oleh Suman dengan cara yang layaknya orang marah dan sewot. Karena Porman tidak merasa ada yang salah, ia tidak perduli sikap Suman di sampingnya. Porman ambil roti lagi lalu ia makan, dengan sigap dan cara yang kasar, Suman ambil juga roti itu, demikian seterusnya. Pada saat kondisi sudah sampai di Sinaksak Pematang Siantar, roti tinggal satu, lalu Porman mengambilnya lagi, lalu membagi dua, setengah ia makan dan sisanya ia tinggalkan di bungkusnya. Lalu Suman menggumam dan berkata “ huhh, dasar manusia, sudah tua masih ganggu anak gadis orang. Suman ambil bungkus roti Malkis Biskuit Roma, lalu membuangnya ke lantai, lalu dengan kasar ia memijak roti itu dengan plastiknya, dengan kegeramannya ia berkata, huuh sial… asal ambil saja…. Gak tau diri. Lalu Porman hanya tersenyum dan setelah sampai di terminal Parluasan Siantar, Porman turun dan bergegas memesan beca dengan tujuan arah ke jalan Sisingamangaraja. Porman naik dengan cepat dan berlalu dari sana.
Ketika Suman hendak turun, ia ambil tasnya dan betapa terkejutnya ia, karena di dalam tasnya roti miliknya masih utuh, lengkap dan belum terbuka. Suman merasa bersalah dan ingin minta maaf pada Porman, namun karena saling jaim, Suman tidak kenal, tidak tau alamat rumah, maupun tempat bekerja Porman. Dengan perasaan malu pada diri sendiri, Suman membawa roti miliknya dengan tujuan pulang ke rumah orang tuanya. Suman menyesal sekali, namun ia tidak bisa mencabut kata-katanya, mengembalika roti yang ia makan yang dengan congkaknya ia merasa miliknya, mengembalikan roti yang ia buang dan pijak dilantai bus.
Dari gambaran dan cerita di atas, ada beberapa hal yang dapat kita simak makna yang sangat berharga yaitu :
1. Waktu yang telah berlalu tidak akan pernah berulang kembali.
Dalam hal ini sering kita tidak sadari, kita tidak pernah mau berhitung masalah waktu yang ada, yang Tuhan berikan pada kita. Tuhan berikan waktu sama kepada semua orang, yaitu satu hari 24 jam. Ia berikan merata kepada semua lapisan masyarakat, yang kaya, miskin, tua dan muda, hitam dan putih, pandai dan bodoh dan bahkan kepada penjahat juga ia berikan sama. Lalu dimana perbedaannya? Jawabnya ada di dalam diri kita masing-masing. Kita tidak pernah menghitung waktu yang pernah kita buang dengan percuma. Contoh sederhana, usia seorang ayah adalah : 48 tahun. Dia memiliki kebiasaan dengan disiplin waktu, dia membaca setiap hari 3 jam. Maka dapat dikatakan,sang ayah tersebut (3/24)x48 tahun = 6 tahun, terus menerus membaca. Lalu kita kaji, seorang tenaga kerja, atau professional, berapa jam dala sehari ia gunakan waktunya untuk produktif yang berguna baginya dan orang lain? Maka dari sana kita dapat melihat terjadinya perbedaan itu terjadi adalah karena penggunaan waktu yang sama. Jika sang ayah tadi rata-rata satu hari tidur 6 jam maka (6/24)x48 tahun = 12 tahun . Jadi selama 12 tahun ayah tersebut tidur. Dan seterusnya, kita dapat melakukan analisa produktifitas diri kita.
Lukas 4:13 Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik. Dari teks ini, iblis juga mengharagai waktu, apalagi kita sebagai anak-anak terang.

2. Roti yang telah kita buang, tidak akan pernah dapat kembali seperti awalnya.
Ketika emosi berkecamuk dalam hati kita, semua tidak berarti, semua merasa banar untuk dilakukan, walau pun sebenarnya sudah salah. Dalam hal ini, sebenarnya dapat tidak terjadi kesalahan, jika Suman mau tau keadaan rotinya. Coba lihat dulu di dalam tas, jangan dugaan dan prsangka dijadikan sebagai referensi dalam mengambil keputusan dan tindakan. Karena dalam hal menentukan keputusan butuh data yang akurat, agar tidak terjadi kesalahan yang merugikan kita sendiri.
3. Kata-kata yang telah terucap, tidak akan pernah tertarik kembali.
Jika kita sudah melontarkan kata-kata, maka kata tersebut tidak akan pernah kembali pada pemiliknya. Dia seperti bola liar dalam hati yang mendengarnya. Kesan yang mendengar dapat dikategorikan atas :
- Kesan positip, maka jika kita merespon semua masalah dengan sudut pandang yang positip, biasanya tidak akan menimbulkan masalah yang besar. Bagi orang yang berpikir positip, seandainya kata kata tersebut menyakiti hatinya dan tidak benar, maka ia akan melupakannya dan tidak mau memikirkannya dengan serius, karena tidak ada manfaatnya.Kecendrungan orang yang berpikir positif akan lebih pemaaf, karena dia dapat memaklumi hal-hal yang terjadi, meskipun ia sendiri tidak menyaksikan latar belakang ucapan tersebut.
- Kesan negative, maka jika kita merespon semua masalah dengan sudut pandang yang negatip, biasanya akan menimbulkan persoalan dan masalah baru. Bagi orang yang berpikir negatip, seandainya kata kata tersebut kita ucapkan baik dan benar pun, maka ia akan mencari mencari kesalahan dan berusaha menggiringnya ke arah yang tidak baik.Kecendrungan orang yang berpikir negatif akan susah memaafkan, karena dia hanya berpikir dari sudut pandang yang sempit dan susah memahami orang lain, tidak dapat memaklumi hal-hal yang terjadi, meskipun ia sendiri mengetahui dan menyaksikan latar belakang ucapan tersebut.
- Tidak ada kesan, biasanya kondisi ini antara pembicara dengan audiens tidak saling memperhatikan, audiens tidak perduli dengan orang yang sedang berbicara.
Dalam hal bicara, kita perlu ingat firman Tuhan antara lain :
- Samuel 2:3 Janganlah kamu selalu berkata sombong, janganlah caci maki keluar dari mulutmu. Karena TUHAN itu Allah yang mahatahu, dan oleh Dia perbuatan-perbuatan diuji.

- Amsal 13:3 Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan.

- Pengkhotbah10:12-14 Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri. Awal perkataan yang keluar dari mulutnya adalah kebodohan, dan akhir bicaranya adalah kebebalan yang mencelakakan. Orang yang bodoh banyak bicaranya, meskipun orang tidak tahu apa yang akan terjadi, dan siapakah yang akan mengatakan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia?
- Matius 15:11 "Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang."

- Efesus 4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

- Kolose 3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.
-
4. Perilaku yang tidak mengenakkan dan sudah terjadi tidak akan pernah dapat diralat kembali.
Perilaku yang kita ekpresikan dalam hidup adalah luapan isi hati kita, dan hal itu yang menjadi gambaran kita dihadapan orang lain. Sebagai anak-anak yang dipelihara Allah, dan ciptaan Allah, maka kita baca siapa manusia itu menurut Kejadian 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Dengan dasar itu, maka manusia adalah gambaran Allah di dunia, berarti perilaku kita dan perbuatan kita merupakan gambaran Allah di dunia. Karena kita ciptaan dan kepunyaanNya, maka kita dibekalinya antara lain : pada I Timotius 5:25 Demikian pun perbuatan baik itu segera nyata dan kalau tidak demikian, ia tidak dapat terus tinggal tersembunyi dan pada II Timotius 3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.Oleh sebab itu, mari kita melayani dan berbuat baik demi kemuliaanNya. Sehingga orang yang menyaksikan kita dalam kehidupan ini, benar-benar merasa bahwa Allah kita hadir dalam kehidupannya. Dan hal inilah khotbah yang paling efisien dalam penginjilan,sehingga kita dapat menjadikan banyak jiwa-jiwa yang terbangun dan memperoleh berkatNya. Semoga….. amen………….(S4MT)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar