Rabu, 22 Agustus 2012

Sang Pelukis

Sang Pelukis Pada suatu hari, seorang pelukis muda ingin menikmati hasil lukisannya yang ia anggap sangat spektakuler. Sebagai seorang seniman handal, ia ingin menikmati lukisan ini di atas sebuah gunung yang tinggi, sambil menikmati matahari pagi terbit dari ufuk timur. Sambil membuat lukisan, ia berkreasi dengan asyiknya, menuangkan semua insfirasinya melalui guratan kuas ke kanvas. Tetapi ketika ia melukis, tetap saja ia melihat guratan-guratan kuas di kanvas kurang sempurna, lalu ia mengatur jarak pandang ke kanvas. Memang benar, dengan jarak itu, ia mulai menemukan apa yang ia inginkan. Dia mundur, dan mundur tanpa memperhatikan ke belakang. Tanpa ia sadari, ia sudah berdiri di mulut jurang yang sangat dalam dan terjal. Hal ini tidak terluput dari pandangan sang Bapa pelukis tersebut. Lalu sang Bapa berpikir, jika ia berteriak mengingatkan, ia takut teriakan ini akan mengagetkan si Pelukis dan menyebabkan ia terjatuh ke dalam jurang di belakangnya. Lalu sang Bapa mengambil kesimpulan yang tepat menurut sang Bapa. Sang Bapa berlari mendekati kanvas, lalu mencoret kanvas tersebut untuk menarik perhatian sang Pelukis. Benar saja, sang Pelukis tersadar dan berlari mendekati kanvas, ia marah besar kepada sang Bapa. Namun sang Bapa tidak menjawab apa pun, hanya ia tersenyum dengan senang, sebab usahanya berhasil. Sang anak makin gusar...... lalu sang Bapa berkata...” Lihatlah ke belakang mu, engkau akan mengerti arti tindakan ku”. Sang anak melihat, lalu ia tersungkur di kaki Bapanya dan berkata....Engkau Bapa ku yang baik, Engkau telah menyelamatkan aku. Ternyata..... di lokasi itu banyak orang lain yang menyaksikan kejadian tersebut dan berkata: Pengunjung 1 : “ Ternyata mereka sudah mulai gila.....anak sama Bapa sama gilanya. Pengunjung 2 : “ Ternyata Bapa nya jahat.....tidak meenghargai karya anaknya. Pengunjung 3 : “ Ternyata Bapanya egois.....memaksakan ide kepada anaknya. Pengunjung 4 : “ Ternyata bapanya diktator.....pemaksaan kehendak, tega merusak karya anaknya. Pengunjung 5 : “ Ternyata bapanya kolot, tidak mengharagi karya anaknya..... dan lain-lain Namun, ada seorang pengunjung yang juga tetangga mereka, mengamati kegiatan mereka mulai dari awal hingga akhir dari cerita ini......yaitu pengunjung 6........dia berpendapat: Pengunjung 6 : “ Ternyata Bapanya hebat, dapat menyelamatkan anaknya dengan cara yang tepat. Refleksi : Dalam kehidupan saya, saya sering mengalami hal yang sama dengan pelukis ini. Setiap rencana yang kurancang dengan kuas program hidup ku ke kanvas masa depan ku.... kadang aku temukan, kanvas kehidupan yang sudah ku gores denga program yang sangat api menurutku, ternyata Dia coret kengan kuasNya. Sehingga aku sering marah buat Dia, sering pemikiran ku seperti pengunjung 1-5...... tapi aku bersyukur..... aku kadang bisa di pola pikir pengunjung 6 dan bahkan sekarang aku bisa memahami pemikiran sang pelukis. Hal ini yang sangat membuatku bahagia.....aku merasa tidak kecewa, tidak takut apa pun ketika Dia yang menulis kanvas kehidupan ku. Aku menghadapi dengan percaya, dengan kuasNya, ia melukis kanvas kehidupan ku dengan sempurna, meskipun kadang aku sulit untuk memahaminya. Aku percaya, ketika ia mencoret, membatalkan lukisan yang ku buat, aku yakin itu Dia lakukan, aku berada pada bibir jurang maut yang menakutkan, Dia lakukan itu untuk menarik perhatianku padaNya. Kadang ku sadari...aku terlelap dengan infirasi ku, infirasi dari keluarga ku....tanpa mau melihat ke belakang ketika aku berjalan mundur. Semakin kita mundur, kita menikmati lukisan yang kita buat, semakin kita mundur, semakin indah kita lihat, semakin kita terlena dan kurang hati-hati dan meliihat ke belakang. Ketika berada di bibir jurang, Ia akan bertindak untuk menyelamatkan kita, yang kadang kita merasa tidak adil menurut ukuran kita. Tapi itulah cara Dia yang terbaik untuk kita. Dalam hal menyikapi ini, aku merasa banyak yang tidak sepaham dengan ku. Aku juga tidak tahu, apakah aku yang salah atau benar. Namun aku punya keyakinan, didalam Firmannya....Ia akan baharui aku. Memang menurut dunia...hikmad dariNya adalah sebuah kebodohan. Aku mau ikut Dia, meskipun saudara, teman dan famili membenciku. Aku akan pikul salib ku, sebab aku yakin... Dia adalah pelukis terbaik di kanvas kehidupan ku. Terima kasih Bapa ku yang baik.....kuatkan aku untuk bekerja di ladangMu. Amin...............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar