Minggu, 07 April 2013

Lumei dan Si Gumbot panangga ni Sintua



Lumei dan Si Gumbot panangga ni Sintua


Teringat akan nama anjing seorang Sintua kami dulu di kampung Suda, namanya Gumbot. Dia besar, bulunya lebat, menjadi anjing kesayangan putri Sintua ini dan selalu ikut Sintua kemana pun ia pergi. Putrinya bernama Lumei, anak yang rajin sekolah minggu, masih duduk di kelas 1 SD inpres dekat rumah mereka. Gumbot ini pemburu yang handal dan cerdas serta taat pada tuannya. Jika dibawa ke ladang, tak jarang Gumbot mendapatkan hasil buruannya, musang, babi hutan bahkan ular. Gumbot tidak takut berjuang menjaga tanaman dan adang tuannya.
Pada suatu hari, dilaksanakan pesta pembangunan gereja di kampung kami. Sudah pasti dihadiri oleh para pejabat daerah dan petinggi gereja, diantaranya : Ephorus, Preases, Pendeta Resort, Bupati, Walikota, Kapolres ,Pimpinan Perusahaan, Bank, Ketua OKP dan masyarakat . Tentunya, mereka yang dianggap berduit dan berjabatan ditempatkan pada posisi istimewa, di depan dengan fasilitas yang berbeda, lalu jemaat biasa di belakang dan kursinya ala kadarnya dan tidak sedikit ada yang berdiri. Termasuk Sintua si pemilik Gumbot tadi juga berada di belakang, karena mungkin ada perasaan minder karena hanya seorang petani kecil yang tdk punya apa pun untuk dibanggakan.
Pada waktu itu, ketika keluarga Sintua ini ke Gereja dalam rangka pesta Emas Gereja mereka, Gumbot juga tidak ketinggalan. Gumbot pergi ke pentas depan persis di depan altar pada saat acara sedang berlangsung. Lalu sang Pendeta Resort mengkode beberapa Majelis di sana, agar menyingkirkan Gumbot dari sana, karena risih akan keberadaannya.
Pendeta Resort            :  hus...hus........
Gumbot                       :  Hanya menatap datar, lalu tak bergerak.
Pimpinan Majelis        :  Sambil memetikkan tangan, bersiul memperlihatkan roti.
Gumbot                       :  menggerakkan ekornya...lalu melanjutkan pikirannya di tempatnya.
Pimpinan Majelis        :  Ah, kalau tak ada pejabat ini, kulempar anjing itu.... tapi......????.
Gumbot                       :  tetap diam di tempatnya.....
Ajudan Bupati             :  Wah, tembak aja anjing itu.... tapi ada Ephorus... gak enak.
Ajudan Walikota         :  Panggil Dinas pertamanan.... tapi ada Ephorus... gak enak.
Ketua OKP                   : Sambil menunnjukkan pisau mengancam anjing, coba mengusir.
Gumbot                       :  menggerakkan ekornya...lalu tetap di tempatnya.
Karena sudah agak gaduh, maka Ephorus dan Preases bertanya kepada ketua panitia, ...
Ephorus                       : Ada apa yang terjadi? Koq agak ribut ya pak Ketua?
Ketua                           : ada anjing di depan itu, gak sopan pak Ephorus.
Ephorus/Preases         : Biarkan saja lah, nanti juga pergi. Atau siap pemiliknya?
Ketua                           : wah, gak tau juga pak Ephorus ( karena jarang gereja)
Pimpin Perusahaan     : Pak  Sakkil, tangkap anjing itu, lalu potong, ini uangnya.
Sakkil                           : Ya pak, tapi di depa orang ramai, ada pejabat lagi. Gimana?
Pimpin Perusahaan     : nah, pokoknya gimana pun, malu kita di depan pejabat itu.
Pak Sakkil                    : Sambil menunjukkan pisau dan keranjangnya ke Gumbot.
Gumbot                       : mengibas ibaskan ekornya.......lalu tetap di sana.
Ephorus                       : sambil menunjukkan roti bolu, melemparkan ke samping.
Gumbot                       : melihat roti.....dan tidak bergerak......
Lalu karena sudah ribut, wajah Bupati, Walikota dan Kapolres sudah tak nyaman melihat posisi Gumbot di depan mereka, lalu mereka menyebutkan hal itu kepada panitia.
Ketua                           : sambil maju ke depan, ia berusaha memaksa anjing itu menyingkir.
Gumbot                       : mengibas ibaskan ekornya, hampir saja menggigit Ketua.
Situasi makin heboh, semua bertanya....anjing siapa ini?
Salah seorang jemaat menyebutkan anjing si “Lumei”....nama putri sang Sintua. Lumei ini masih anak sekolah minggu, dia duduk paling belakang dan tak diperhitungkan untuk menyelesaikan masalah ini.
Lumei                          :  gumbot, mali cini....pulang kita.
Gumbot                       : guk...guk....guk.... lalu ia melompat dan menuju Lumei.
Lumei                          : sambil memeluk si Gumbot, mereka menjauh dari pasta terhormat itu dan menikmati kebersamaan mereka .
Semua orang menyalahkan sang Sintua, yang sudah mempermalukan pesta terhormat itu... lalu mereka dikeluarkan dari gereja itu. Lumei sangat sedih, dan bilang sama bapanya.
Lumei                          : pa....aku gak mau Gumbot dipotong atau dijual, ia baik bagi ku.....
Sintua                          : Tidak nak, kamu lebih berharga bagiku.... kita bisa ke gereja lain.
Lumei                          : gak mau pak, aku sekolah mingg di cana, udah banya kawan ku.
Sintua                          : gak apa... nanti papa antar kamu ke sana.
Lumei                          : tapi Gumbot bisa ikut kan pak?
Sintua                          : ...................??????    

Pembelajaran : Anjing pun setia pada tuannya....lalu bagai mana kita setia pada Tuhan kita?