Rabu, 30 Maret 2011

Rendah untuk diangkat, lemah untuk dikuatkan

Rendah untuk diangkat, lemah untuk dikuatkan

“Pak,aku mau kuliah untuk melanjutkan pendidikan setelah aku selesai dari SMA ini….”.Ini adalah ucapan seorang anak kepada orangtuanya di suatu malam semingu sebelum EBTANAS diselenggarakan. Apa yang menjadi alasanmu melanjut kesana?,Apa tidak lebih baik kamu bekerja saia… membantu mama jualan atau merantau , sebab kita tidak punya uang untuk itu. Penghasilan bapak dan mama mu tidak dapat membiayaimu ke sana nak….. Jangan kan untuk kuliah… rumah tempat tinggal saja kita tak punya nak…. Kita di sini menumpang di tanah family kita. Adik-adik mu juga buth dana…. Yang penting kalian sudah selesai hingga lanjutan atas…. Lalu kalian harus bekerja. Demikian nasihat sang ayah memberi pertimbangan dan penjelasan tenang kondisi keluarga mereka.. Tekad dan cita-cita Jimod sudah bulat pergi belajar ke Perguruan Tinggi….. ia sudah persiapkan itu sejak ia duduk di kelas 2 SMA. Setiap malam ia harus tidur jam 1 pagi… karena ia harus menjagai mesin genset untuk listrik desa yang ada di kampungnya. Memang sejak kelas 1 SMA ia terkenal pintar dan rajin, ia jadi kesayangan Kepala Sekolah dan memperoleh beasiswa dari Ketua Yayasan sekolah itu. Pada saat kelas 2 SMA, ia aktif mengajari adik-adiknya kelas 1 pada sore hari. Pekerjaannya di malam hari tidak dijadikannya beban… namun ia jadikan teman dalam mengisi waktu dalam belajar. Pelajaran di sekolah…ia ulangi kembali hingga jam 1 pagi… sebab ia baru boleh tidur setelah mesin genset listrik desa itu ia padamkan. Setelah mesin genset ia padamkan… barulah Jimod dapat tidur. Lumayan juga…. Gaji penjaga genset itu lebih dari cukup untuk biaya Jimod sekolah… bahkan kadang ia berbagi buat adiknya…. Maklumlah Jimod anak paling Sulung dari 5 bersaudara. Dalam kesehariannya Jimod dan adik-adiknya hidup dengan damai.. walau pun kehidupan mereka serba kekurangan secara materi. Dibandingkan dengan kelompok masyarakat sekitar… keluarga mereka dapat dikatakan kelompok yang kurang mampu. Ayahnya hanya buruh tani… bukan petani…tapi buruh tani…ibunya hanya pedagang kaki lima. Tak heran, kalau mereka sering jadi olokan dan bahan ejekan keluarga dan bahkan family. Sering terlontar kata-kata ”walaupun anaknya pintar…jaman sekarang ini, tanpa uang gak ada artinya”. Tapi semangat Jimod untuk kuliah sudah bulat, ia harus kuliah…apapun yang terjadi. Awalnya Jimod ingin jadi Pendeta…sekolah Theologia, namun berkat nasehat tentornya yang bermarga Purba dan Sinulingga, ia bertekat ambil Teknik Sipil di USU seperti jurusan bang Purba. Jimod pun berangkat ke Medan pada saat itu dengan serba kekurangan. Semua yang ada pada ibunya… diberikan buat Jimod…dan ayahnya pun mengantar ke Medan. Jimod tinggal di rumah keluarga, dan bersama family yang lain yang sama-sama akan UMPTN saat itu. Memang kondisi saat itu sangat jauh berbeda, Jimod dengan gaya kampungannya dengan anak-anak yang lain dengan gaya kotanya. Tapi mereka semua selalu minta diajari oleh Jimod, terutama Matematika, Fisika dan Kimia. Ditengah situasi yang demikian..dunia tidak adil….Jimod dengan kondisi dan perlakuan yang dialaminya……jauh berbeda dengan keluarganya yang lain. Bahkan ia pernah menulis buku catatan hariannya…..aku dari kasta terendah, wajar saja mereka perlakukan itu pada ku. Jimod tidak pernah menyerah… ia pergi ke Bimbingannya dengan jalan kaki dari rumah….kira-kira 8km. Ia pergi pagi-pagi setelah pekerjaan rumahnya selesai. Jimod menikmati semuanya itu…ia bersyukur mash ada keluarga yang mau ia tompangi di Medan.
UMPTN telah usai…. Jimod pulang ke kampungnya, jadilah ia kini pengangguran, karena tidak sekolah lagi. Tapi ia tidak malu…ia bantu ayah dan mama nya untuk mencukupi kebutuhan mereka. Ditambah lagi PLN juga buka jaringan ke kampong mereka, otomatis…genset juga tidak berfungsi lagi….alias pengahasilan Jimod dengan menjaga genset otomatis hilang. Runyam memang kondisinya pada saat itu, Jimod merasa semua bercampur jadi satu….rasa cemas dan kesal….mau kemana setelah ini?
Pengumuman pun telah tiba….Jimod diterima di Teknik Sipil di USU, keluarga berbahagia…namun hanya satu jam saja…..sebab jam berikutnya semua berpikir bagai mana caranya mencari dana untuk uang kuliah. Pada saat itu… Jimod dan ayahnya pergi ke rumah beberapa keluarga dekat…tak satupun yang mau member uang bantuan….. jangan kan bantuan… meminjam saja tidak ada yang mau kasi. Pada hal… pada saat itu Jimod dan ayahnya tau…bahwa mereka memiliki uang. Pada kondisi ini Jimod sedih sekali dan merasa bersalah atas kelulusannya…karena ayahnya sampai menangis karena keadaan itu. Tapi Jimod tetap semangat, memberanikan diri berangkat ke Medan…dan meminjam uang kepada keluarga tempat ia kost ketika bimbingan dulu. Ternyata kali ini berhasil…lalu Jimod mulailah proses pendaftaran hingga selesai. Jimodpun kuliah dan tinggal kembali di rumah itu. Setiap pagi ia pergi kekampus dengan berjalan kaki…kira-kira 8 km dari rumah ke kampusnya. Setelah 2 bulan kuliah..pembantu di rumah kost Jimod pun pergi….mau tidak mau…Jimod kena getahnya. Dalam situasi ini…nilai Jimod semester 1 sangat memprihatinkan…hanya IP 1,2. Jimod menangis…Jimod putus asa….lalu ia memutuskan untuk pindah…ia kost di lokasi Kampus. Awalnya ayah dan ibunya tidak setuju….tapi Jimod nekad dan pindah. Alasannya…jika diteruskan juga…pasti akan Droup Out kalau kondisi seperti selama ini.
Tinggallah kini Jimod kost di kelompok keluarga….mereka baik kepada Jimod, banyak bantuan teman kost itu pada Jimod. Lalu Jimod bekerja sore hari di door smeer bus antar kota dekat kostnya itu. Lumayan…dapat membantu…. Tapi dasar hidup….disana juga ada perlakuan yang tidak adil. Sering sekali hasil kerjanya tidak dibayar…apalag jumpa kondektur yang istilah kren saat itu “preman”…pastilah tdk dibayar. Pernah satu saat Jimod tidak punya uang lagi… sementara jadwal untuk pulang kampung masih seminggu lagi. Terpaksa Jimod puasa selama 2 hari….hanya minum air putih diwarung. Hal ini ia lakoni 2 hari lamanya…. Lalu Jimod beranikan diri pesan mie Pansit, lalu ketika mau bayar…Jimod terus terang gak punya uang dan menawarkan diri untuk bekerja di sana asal dapat makan aja, lalu disetujui pemiliknya. Dua bulan Jimod kerja di tukang mie ini…. Ujungnya dipecat karena gak mampu menghadapi preman yang ada ditempat itu, mereka makan tapi tak mau bayar. Pernah ketika Jimod minta bayaran…. Malah pisau yang ditancapkan di meja di depan Jimod…..terpaksa ia diam. Walau pun demikian…semester 2 Jimod bisa meraih IP 2,8 pada saat itu, semester 2 lulus semua.
Atas usul bang Purba….Jimod mulai mendaftarkan diri menjadi tentor pada sebuah Bimbingan Test…. Lalu diterima…. Mulailah Jimod mengajar…dan punya gaji dan bisa bayar uang kuliah…….sendiri.
Namun di suatu ketika…Jimod pernah stress dan merasa hidupnya tidak berarti, bahkan pernah ia ingin mengakhiri hidupnya di kampusnya. Tapi syukur diselamatkan orang gila pada saat itu. Orang gila tadi menggigit kaki Jimod…hingga batal niat dosa itu ia lakukan.
Tuhan,apakah Engkau ada? Engkau telah memberiku kesempatan belajar ke Perguruan tinggi .tetapi kegagalan demi kegagalan yang aku temui..Sambil marah dengan emosi yang tidak dapat dikontrol,di menaruh gambar Yesus dan Alkitabnya dibawah lemari agar dia tidak melihatNya lagi.Saya kecewa terhadapmu Tuhan,demikian Jimod berucap dalam hatinya.

Jimod merebahkan tubuhnya ke tempat tidur dikamar kostnya sambil menutup kepalanya dengan bantal.Kecewa, lemas, tidak bersemangat, putus asa, bercampur menjadi satu.Lalu beberapa menit kemudian Jimod tertidur.Dalam tidurnya,dia dikejutkan dengan cahaya yang silau menerpa wajahnya.Dia kaget,dan ada suara yang mengatakan demikian:”Mengapa engkau menuruti kehendakmu saja? Akulah yang memberi kehidupan bagimu.Jimod tersadar dan dia minta ampun kepada Tuhan .”Oh..Tuhan,saya menyesal mengeluarkan kata-kataku, ampuni perbuatan saya,aku sudah berdosa.” Setelah peristiwa itu,Jimod mencoba untuk tenang menghadapi masalahnya dan berhasil. Lalu ia aktif sebagai anggota pemuda Gereja .
Kisah diatas menggambarkan kepada kita bahwa manusia selalu berusaha dengan kekuatan sendiri tanpa mengandalkan Tuhan pemilik kehidupan itu sendiri. Kasih karunia Tuhan selalu bersinar paling terang didalam gelapnya keadaan kita. Kalau kasih karunia Allah tidak cukup bagi kita,mungkin kita terlalu Fokus dengan durinya saja,sehingga tidak melihat bunga mawar yang ada dalam diri kita. Tidak akan ada damai sejahtera,kepuasan selain mempercayai kasih karunia Allah. Duri apapun yang membuat kita menderita,stress, depresi, kasih Allah sanggup menghilangkan sengatannya. Jangan membiarkan siksaan membuat kita ragu akan kasih Allah. Allah berjanji kepada Paulus dalam 2 Korintus 12;9:”Cukuplah Kasih karunia-Ku bagimu,sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.

Ketika kita berusaha meraih kemajuan,kita langsung berhadapan dengan bahaya didepan mata kita. Pada titik tertentu,kehidupan ini menghajar kita. Bentuknya dapat merupakan seperti kegagalan Jimod, penderitaan Jimod diatas,karena penghianatan seorang sahabat,karena penyakit dll.
Saat kita sangat lemah,kita menyadari betul kebutuhan akan kehadiran Allah. Semakin lemah kita,semakin banyak kita berdoa dan kekuatan Allah semakin disempurnakan dalam kehidupan kita. ………………………………..s4mt………………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar