Selasa, 17 Juli 2012
Enam Jawaban Bijak
Enam Jawaban Bijak dari seorang Guru
Seorang Guru berkumpul dgn murid-muridnya, lalu beliau mengajukan 6 pertanyaan :
I. Pertanyaan 1 : Apa yg PALING DEKAT dgn diri kita di dunia ini ?
Muridnya ada yg menjawab : "orang tua", "guru", "teman", "kerabatnya".
Yg paling dekat dgn kita adalah "kematian". Sebab kematian adalah PASTI adanya...
II. Pertanyaan 2 : Apa yg PALING JAUH dari diri kita di dunia ini ?
Muridnya ada yg menjawab : "negara Cina", "bulan", "matahari".
Yg paling benar adalah “masa lalu". Siapa pun kita, bagaimana pun kita dan betapa kayanya kita... tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu. Sebab itu kita hrs menjaga hari ini, hari-hari yg akan datang...
III. Pertanyaan 3 : Apa yg PALING BESAR di dunia ini ?
Muridnya ada yg menjawab "gunung", "bumi", "matahari".
Yg plg besar dr yg ada di dunia ini adalah"nafsu"... Banyak manusia menjadi celaka krn menuruti hawa nafsunya. Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi karena itu kita hrs hati-hati dgn hawa nafsu ini...
IV. Pertanyaan 4 : "Apa yg PALING BERAT di dunia ini ?".
Di antara muridnya ada yg menjawab : "baja", "besi", "gajah", ...
Yg paling berat adalah "memegang janji"...
V. Pertanyaan 5 : "Apa yg PALING RINGAN di dunia ini ?
" Ada yg menjawab "kapas","angin", "debu", "daun-daunan"
Yg paling ringan di dunia ini adalah"Meninggalkan Ibadah"...
VI. Lalu pertanyaan 6 : "Apakah yg PALING TAJAM di dunia ini ?.
Muridnya menjawab dgn serentak... "Pedang !"
Yg paling tajam adalah "lidah manusia" karena melalui lidah, manusia dgn mudahnya menyakiti hati, melukai perasaan...
KASIH atau PENGUASAAN
KASIH atau PENGUASAAN
Oleh : St.Sarmulia Sinaga,S.T,M.T.
Pengurus Seksi Sekolah Minggu
GKPS Simalingkar Resort Medan Selatan
Dalama kehidupan nyata sekarang ini, pengalaman saya tentang ke dua hal tersebut di atas sangat susah dipisahkan dari dalam hati maupun perlakuan dalam kehidupan. Saya sering salah dalam menterjemahkannya dalam hidup ini, sehingga saya sering kecewa dalam menerima hasil maupun kenyataan yang terjadi. Dalam benak saya, saya berpikir kasih, namun dalam aktualisasinya pada kehidupan saya yang tertuang dalam sikap dan perlakuan saya cendrung mengarah pada apa yang disebut sebagai “PENGUASAAN” atas pola pikir, sikap dan tindakan orang lain. Hal ini saya sadari setelah saya membaca dan memahami secara pribadi makna “KASIH” yang sebenarnya yang tertuang pada Firman Tuhan. Saya tertegun dan bergumul ketika saya membaca :
1. I Yohanes 4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
2.I Yohanes 4:7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.
3. II Yohanes 1:6 Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya.
4. Roma 12:9 Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik.
5. 1 Korintus 13:4 -8 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap
6. I Korintus 14:1 Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat.
7. Efesus 3:18 -19 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Lalu saya merenungkan, apa yang pernah saya alami, apa yang saya pikirkan dan apa yang saya lakukan, ternyata....saya telah lama keliru. Kasih yang saya pahami selama ini kecendrungan adalah penguasaan atas mereka yang saya sebut objek yang saya kasihi. Saya tidak tau persis, apakah pemikiran yang saya anut sekarang ini juga menjadi pergumulan bagi mereka-mereka yang telah terlibat dalam pelayanan, baik dalam jemaat secara umum maupun jemaat kecil yaitu keluarga. Saya tertegun dengan pertanyaan maupun pernyataan yang muncul dalam benak pemikiran saya, antara lain:
1. Maukah Anda mengasihi anak Anda tanpa syarat? Itu berarti kasih Anda tidak bergantung pada apa yang mereka lakukan. Kasih Anda kepada anak tidak lenyap hanya karena Anda marah terhadap kelakuan atau sikap mereka. Jika kasih yang sebenarnya ada pada hati dan pikiran kita, maka Firman Tuhan akan digenapi: “1 Korintus 13:8-10 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.” Namun, jika kita mempergunakan pemikiran duniawi, hukum duniawi maka kasih yang sebenarnya akan sirna dan akan merupakan sebuah kebodohan bagi kita, kita akan terjebak pada “Kasih dengan syarat”.
2. Kasih dengan syarat adalah kasih yang menguasai dan memanipulasi.
Dalam kehidupan ini akan muncul pernyataan-pernyataan yang penuh dengan syarat, pernyataan yang implikatif, yang menganut hubungan sebab akibat. Semua perlakuan, pemikiran dan sikap terperangkap pada sebuah logika implikatif “ Jika..........maka........” dan hal ini sangat tidak tepat dengan Iman Kristiani. Coba kita renungkan, apa yang dititahkan oleh Tuhan Yesus kepada keduabelas muridNya:”Matius 10:8 Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”dan” Roma 3:23-24 Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Allah memberikan kasihNya kepada kita dengan cuma-cuma, lalu....Siapakah kita yang telah berani membuat syarat tambahan? Sebuah perenungan yang susah saya pecahkan secara pribadi. Sering syarat itu kita buat antara lain:
a. "Aku selalu mengasihimu." bukan "Aku mengasihimu bila ...." sebab,Kasih dengan syarat adalah kasih yang menguasai dan memanipulasi Kasih Allah (Agape)
b. Dan seterusnya....................
3. Dalam hal kehidupan di keluarga, Kasih yang tanpa syarat mengusahakan yang terbaik bagi si anak. Kasih itu tidak egois, tidak mengharapkan balasan. Bila kita mengasihi untuk memperoleh balasan berupa sesuatu, berarti kita sedang memanipulasi dan mencoba menguasai anak. Kasih tanpa syarat itu sabar. Kasih ini menyediakan waktu kapan pun untuk merangkul anak-anak. Kasih ini memercayai anak dan potensi Allah di dalam diri anak. Kasih yang tanpa syarat tidak pernah menyerah atau berhenti. Kasih yang tanpa syarat bersukacita bila seorang anak sukses dan membesarkan hati si anak bila ia jatuh atau melakukan kesalahan. Kasih menolak untuk percaya bahwa kesalahan membuat seorang anak gagal.
4. Kasih yang tanpa syarat tidak mudah marah dan tidak menimbulkan kemarahan dalam diri anak-anak. Kasih ini tidak terlalu sensitif dan tidak beraksi secara berlebihan. Kasih yang tanpa syarat bersukacita dalam kebenaran dan menyampaikan kebenaran kepada seorang anak. Kasih yang tanpa syarat menanggung kesukaran, penolakan, kepedihan, dan keputusasaan. Apa pun yang dilakukan seorang anak terhadap orang tuanya, orang tua tetap mengasihi dan membesarkan hati anaknya.
Maukah kita berkata kepada anak kita, "Apa pun yang kamu lakukan, tidak ada yang sanggup membuat ayah/ibu berhenti mengasihimu!" sebab, Allah Bapa di surga telah lebih dahulu melakukan hal itu kepada kita. Kasih itu bersumber dari padaNya, sekali lagi saya tuliskan : "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap." (1 Korintus 13:4-8)
Bacaan : 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Membesarkan Anak-Anak, karya Dr. Larry Keefauver.
( Keefauver Larry Dr. ,The 77 Irrefutable Truths of Parenting)
Langganan:
Postingan (Atom)